Liga Italia

Fiorentina vs AS Roma: Tangisan Batistuta dan Akhir Era Magnificent Seven Serie A

Rabu, 3 Maret 2021 11:22 WIB
Editor: Subhan Wirawan
© Twitter Bet365
Gabriel Batistuta memberikan salam kepada pendukungnya usai menentukan kemenangan Fiorentina atas Arsenal di Liga Champions, 27 Oktober 1999. Copyright: © Twitter Bet365
Gabriel Batistuta memberikan salam kepada pendukungnya usai menentukan kemenangan Fiorentina atas Arsenal di Liga Champions, 27 Oktober 1999.
Batistuta dan Fiorentina

Namun bukan trofi Serie A yang jadi perhatian, melainkan laga Fiorentina vs AS Roma pada pekan ke-8 yang paling ditunggu. Dalam pertandingan ini, Batistuta untuk pertama kalinya menghadapi Fiorentina, tim yang telah ia perkuat selama 9 tahun.

Mirisnya, Batistuta yang sempat dikeluhkan para tifosi Fiorentina justru jadi biang kekalahan Si Ungu lewat gol semata wayang dari sepakan jarak jauh. Usai menjebol jala Fiorentina, Batistuta tampak tak kuat menahan haru dan cuma terlihat menunduk sambil menahan air matanya.

“Saya minta maaf untuk Fiorentina. Itu (gol) penting, karena saya ingin menang untuk Roma jadi saya berusaha keras tetapi saya tidak bisa melupakan masa lalu saya,” ucap Batistuta selepas laga.

Tak cuma tangis Batistuta, kekalahan Fiorentina kontra AS Roma 20 tahun silam juga jadi pertanda pudarnya era Magnificent Seven Serie A yang dulu sempat merajai Eropa.

Sebagai informasi, Magnificent Seven Serie A merupakan rujukan buat tujuh tim Italia yang paling sering bertengger di papan atas. Mereka terdiri dari Inter Milan, Juventus, AC Milan, AS Roma, SS Lazio, Fiorentina dan Parma.

Namun setelah musim 2000/01, satu persatu tim Magnificent Seven Serie A mulai kehilangan taji. Dimulai dari Fiorentina yang bangkrut dan terdegradasi ke Serie C, kemudian Juventus ke Serie D akibat skandal Calciopoli serta Parma yang juga alami kebangkrutan hingga terlempar ke Serie D.