INDOSPORT.COM - Mengenal sosok Stephen M Ross, miliarder Amerika Serikat yang menjadi salah satu pendukung dari Liga Super Eropa (European Super League).
Gonjang-ganjing terjadi di persepakbolaan Eropa. Sebanyak 12 klub elite benua biru sepakat membentuk Liga Super Eropa (ESL) sebagai tandingan Liga Champions.
Gagasan Liga Super Eropa atau European Super League (ESL) gaungnya kian santer sejak beredarnya informasi per Minggu (18/4/21) di mana belasan tim elit Eropa akan mendeklarasikan bergabung dengan kompetisi ini.
Gagasan ini sendiri diduga dimotori oleh Andrea Agnelli selaku presiden Juventus. Ide tersebut nyatanya diterima oleh sebagian besar klub-klub elit Eropa lainnya.
Ke-12 tim ini adalah Real Madrid, Juventus, Barcelona, Manchester United, Liverpool, Chelsea, Arsenal, Atletico Madrid, Inter Milan, Manchester City, Tottenham Hotspur, dan AC Milan.
Meski dideklarasikan pada menjelang musim panas 2021, faktanya rencana pendirian ESL sudah tercetus bertahun-tahun lalu. Adalah sosok Florentino Perez (presiden Real Madrid) yang dikabarkan mengingini kompetisi semacam ini pada 2009 silam.
Namun, semua baru mendekati kenyataan setelah digelarnya sebuah pertemuan pada 2016 silam. Tak banyak orang yang tahu, ternyata ada campur tangan dari miliarder AS, Stephen M. Ross dalam pembentukan Liga Super Eropa.
Pada Selasa (01/03/16), sebuah pertemuan digelar di Hotel Dorchester, London. Pertemuan ini bukanlah pertemuan biasa sebab melibatkan sosok miliuner AS yang juga pemilik klub Miami Dolphins, Stephen M. Ross.
Ross bertemu dengan lima pemimpin klub papan atas Liga Inggris, Ed Woodward (Manchester United), Bruce Buck (Chelsea), Ferran Soriano (Manchester City), Ian Ayre (Liverpool), dan Ivan Gazidis (Arsenal).
Pertemuan ini terbilang unik karena hanya melibatkan lima klub top Inggris yang notabene adalah rival di Premier League. Namun benang merah mulai bisa terlihat ketika Stephen M. Ross, miliuner yang juga penyumbang dana sekaligus aktor utama di balik penyelenggaraan kompetisi pramusim International Champions Cup, ikut ambil bagian.
Banyak pihak memercayai pertemuan di London pada 2016 itu adalah untuk membahas rencana pembentukan format kompetisi antarklub Eropa yang baru. Hal ini dibangun atas dasar ketidakpuasan terhadap kompetisi Liga Champions Eropa.
Meski begitu, Ivan Gazidis menolak tudingan tersebut dan mengaku bahwa pertemuan di Dorchester adalah untuk membahas kompetis ICC. Bahkan, Ivan Gazidis yang pada akhirnya memimpin AC Milan untuk bergabung dengan Liga Super Eropa, sempat menyatakan penolakan atas gagasan tersebut.
"Tidak, kami tidak membicarakan hal itu. Kalaupun ada pembicaraan seperti itu, pasti kami akan menolak dan klub lain di Eropa pun saya kira akan melakukan hal yang sama," demikian pernyataan Ivan Gazidis dilansir dari The Guardian.
Meski begitu, segal bukti dan peristiwa yang ada setelah itu mengarah kepada desain besar pembentukan European Super League. Selama beberapa tahun konsep ini naik ke permukaan dan tak bisa dielakkan lagi.
LaLiga Spanyol sudah pernah menolak mentah-mentah proposal ini. Sejumlah petinggi klub tak lagi malu-malu menyuarakan pembentukan 'Liga Champions Baru'. Salah satu yang paling vokal bersuara di antaranya adalah presiden Real Madrid, Florentino Perez.
Maka semakin jelas mimpi Stephen M. Ross untuk mengumpulkan klub-klub terbesar Eropa dengan wujud Liga Super Eropa makin mendekati kenyataan. Lalu, siapa sebenarnya sosok Stephen Ross? Mengapa ia bisa memiliki koneksi kuat dengan para petinggi klub top Eropa?