Mengapa Bayern Munchen Berani Pecahkan Rekor Transfer Pelatih demi Seorang Julian Nagelsmann?
Nagelsmann sejatinya telah mengincar posisi pelatih Bayern Munchen sejak lama. Hal ini tak lepas dari kehidupannya yang memang berkaitan dengan Die Roten.
Menurut laporan BBC Sports, Nagelsmann adalah pendukung Munchen. Bahkan, ia lahir di Landsberg, kota kecil dekat dengan Munchen.
Dari sanalah ia menyukai segala hal berbau Munchen. Tak pelak, ambisi menjadi bagian Die Roten lahir walau ia pernah bermain saat muda di rival sekota The Bavarian, yakni TSV 1860 Munchen.
Saat Hansi Flick memutuskan hengkang, ia pun tak menolak tawaran yang datang dari Munchen. Dengan kata lain, Nagelsmann dan Die Roten dipertemukan oleh garis tangan dan kecocokan keduanya.
Nagelsmann yang mendukung Munchen merupakan tipikal yang dicari Munchen. Alasan pertama adalah kehidupan Nagelsmann yang tak lepas dari sepak bola.
Di usia 33 tahun dan tak pernah mencicipi karier profesional sebagai pemain, banyak yang meragukan kapasitas Nagelsmann. Namun, ia berpatokan pada satu hal yakni hidup untuk sepak bola.
Nagelsmann adalah filsuf sepak bola sejati. Ia masih murni dan idealis dengan filosofinya. Hal yang membuat Munchen jatuh hati utamanya adalah filosofinya yang tak ragu bereksperimen untuk mendapatkan hasil terbaik.
Selain itu, Nagelsmann bukanlah pelatih yang neko-neko. Ia adalah kebalikan Flick. Sebagaimana diketahui, hubungan Flick harus berakhir dengan Munchen karena perseteruannya dengan petinggi Munchen.
Hal ini takkan didapatkan Munchen dari Nagelsmann. Ia lebih fokus untuk meningkatkan kemampuan pemain tanpa sibuk meminta pemain yang berkualitas yang menjaga hubungannya dengan petinggi akan berjalan mulus.
Kemampuan Nagelsmann meningkatkan kemampuan pemainnya tak lepas juga dari filosofinya. Baginya, menjadi pelatih top tak mengharuskannya mengajarkan soal sepak bola, melainkan juga empati.
Nagelsmann memberi porsi 40 persen taktik dan 60 persen caranya menangani pemain untuk meraih kesuksesan di sepak bola. Wajar jika di usianya yang masih 33 tahun, banyak pemain yang lebih tua darinya menaruh hormat kepadanya.
“Bagiku menjadi pelatih top lebih dari sekadar mengajarkan sepak bola. Itu termasuk empati yang berarti Anda bisa berbicara ke tim dan bisa menangani media,” tuturnya dikutip dari BBC.
Dengan usia 33 tahun, Nagelsmann masih bisa berkembang. Langkahnya bergabung denga Munchen bukanlah keputusan yang terlalu cepat, melainkan keputusan tepat.
Dengan karakternya, filosofinya, dan kemampuannya untuk berkembang serta beradaptasi, Nagelsmann masih memiliki ruang untuk belajar dan menjadi pelatih ternama suatu hari nanti.
Pertanyaannya tinggal apakah Bayern Munchen akan bersabar terhadap Julian Nagelsmann? Hanya waktu yang menjawabnya.