INDOSPORT.COM - Sebelum penutupan milenium kedua, Piala Winners dan Piala/Liga Champions adalah sepasang kompetisi antarklub Eropa paling elite dan prestisius. Pemenang dari kedua ajang ini bakalan diadu lagi dalam sebuah pertandingan bertajuk Piala Super Eropa.
Sejarah mencatat klub-klub asal kawasan Eropa Barat seperti Barcelona, Real Madrid, AC Milan, Bayern Munchen, Manchester United, dan Liverpool sangat mendominasi Piala Winners maupun Piala/Liga Champions.
Setidaknya wakil Eropa Barat menjuarai salah satu di antara Piala Winners atau Piala/Liga Champions setiap tahun. Anomali terjadi pada edisi 1986 ketika kedua kompetisi tersebut dikuasai oleh tim-tim Eropa Timur.
Pembuka jalan bagi terciptanya tahun Eropa Timur adalah Dynamo Kyiv. Klub yang kala itu masih bernaung di Liga Uni Soviet tersebut sukses menaiki podium juara setelah mengalahkan jagoan Spanyol, Atletico Madrid, 2 Mei 1986.
Dynamo Kyiv memang pantas menjuarai Piala Winners. Stadion Gerland menjadi saksi kehebatan mereka mengurung serta membombardir sektor pertahanan Atletico Madrid nyaris sepanjang pertandingan malam itu.
Cup Winners’ Cup 🏆 1986#OnThisDay pic.twitter.com/pa00wRSB9K
— FC Dynamo Kyiv (@DynamoKyiv) May 2, 2020
Belum genap lima menit laga bergulir, Dynamo Kyiv sudah mampu menjebol Atletico. Tembakan kaki kiri Oleg Blokhin dari jarak dekat sejatinya berhasil dimentahkan kiper Ubaldo Fillol, tapi bola muntah disambar secepat kilat oleh Aleksandr Zavarov memakai kepalanya.
Gol Zavarov tak serta-merta mengendurkan aliran serangan Dynamo Kyiv. Kolaborasi barisan depan yang berhunikan Zavarov, Blokhin, dan Igor Belanov memaksa Atletico Madrid bermain keras untuk menghindari kebobolan lebih banyak.
Upaya Atletico Madrid barangkali berhasil sampai turun minum, namun Dynamo Kyiv tetap saja bisa menyarangkan dua gol tambahan berkat aksi brilian Blokhin pada menit ke-85 dan Vadym Yevtushenko (88’). Skor 3-0 menutup pertandingan yang berat sebelah ini.
“Kelebihan permainan Dynamo Kyiv selama dilatih Valeriy Lobanovskyi adalah pergerakan pemain yang indah dan atletis di atas lapangan. Mereka bergerak seperti atlet basket. Sangat terkordinasi,” kata pelatih legendaris Inggris, Howard Wilkinson.