Rahasia Thomas Tuchel Mengubah Wajah Chelsea dalam Tempo 100 Hari
1. Kemampuan Beradaptasi dengan Lingkungan Chelsea
Sebagai informasi, Tuchel bukanlah pelatih bertipe ‘Yes Man’. Tak ayal, ia kerap hengkang ataupun dipecat karena berkonfrontasi dengan petinggi klub.
Di Borussia Dortmund, Tuchel kerap mendapat intervensi saat timnya berlatih dan dalam transfer. Pun saat di Paris Saint-Germain.
Hal ini tak ia temui sejauh ini bersama Chelsea. Tuchel bebas bereksperimen tanpa ada gangguan dari petinggi Chelsea.
Dikutip dari Bild, Direktur Chelsea, Marina Granovskaia, tak menggangu pekerjaannya karena jarang berada di Cobham dan hanya mengobrol dengannya sekali dalam satu atau dua pekan saja.
Pun dengan Roman Abramovich. Pemilik Chelsea ini hanya memberi Tuchel target yakni gelar. Target itu sendiri sama dengan target yang dimilikinya sejak menjadi pelatih Chelsea.
Lingkungan Chelsea ini membuat Tuchel mudah cepat beradaptasi dan bebas mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam melatih.
Bahkan, menjelang dibukanya bursa transfer, ada rumor yang menyatakan bahwa dirinya akan menjadi sosok sentral dalam penentuan target The Blues di musim panas, sesuai dengan keinginannya sebagai pelatih.
2. Perlakuan ke Pemain
Saat tiba ke Chelsea, banyak laporan menyebutkan bahwa Tuchel datang untuk membantu para penggawa Jerman, Timo Werner, Antonio Rudiger, dan Kai Havertz, berkembang.
Kedekatan dari asal daerah yang sama membuat media memberi istilah kepada keempat sosok itu sebagai ‘German Mafia’.
Nyatanya, Tuchel tak pilih kasih dan memprioritaskan para pemain yang berasal dari Jerman. Ia memandang semua pemain harus mendapat perlakuan yang sama.
Sebagai bukti, Tuchel memimpin latihan dengan bahasa Inggris. Bahasa Inggris tersebut juga ia terapkan ke trio Jerman tersebut (kecuali saat berbicara empat mata).
Tuchel juga tak pandang bulu mengenai para pemainnya. Anggapan bahwa ia mementingkan satu pemain tak terbukti. Bahkan ia sering menyalahkan dirinya ketimbang pemain.
Sebagai contoh adalah kasus Hakim Ziyech dan Tammy Abraham. Kedua pemain ini jarang bermain di eranya. Ia pun menyalahkan dirinya sendiri yang kemudian ia lanjutkan dengan memainkan sang pemain.
Hal ini berbeda dengan Lampard saat menangani kasus Marcos Alonso. Bahkan, Lampard banyak menyalahkan pemain jika Chelsea mendapat hasil buruk.
Pendekatan Tuchel pun tak hanya sebatas di lapangan saja. Ia bahkan mengizinkan para pemain Chelsea minum bir dan berlibur sehari pasca laga agar para pemain lebih rileks.
3. Komunikasi yang Baik dengan Pemain
Tuchel paham betul bahwa dirinya datang di tengah musim dan menggantikan legenda Chelsea, yakni Lampard. Tentu ia paham tak mudah merebut hati para pemain The Blues.
Menyadari hal tersebut, Tuchel lantas melakukan pendekatan lewat komunikasi yang baik. Dalam menerapkan taktik dan keinginannya, Tuchel memberikan semacam kode ke para pemain Chelsea.
Hal ini berbeda dengan era Lampard. Di saat Lampard menukangi Chelsea, para pemain dilaporkan tak memahami instruksinya secara jelas saat bermain atau berlatih.
Tuchel yang mengedepankan komunikasi yang baik pun mampu merubah hal tersebut dan menjelaskan taktiknya lewat kode-kode yang bisa dipahami oleh para pemainnya.
Kemampuan komunikasi Tuchel sendiri juga memberi pengaruh kepada keputusan pemain. Billy Gilmour adalah contohnya.
Sebelum kedatangannya, Gilmour dilaporkan akan dipinjamkan untuk mendapat menit bermain. Namun Tuchel berbincang kepadanya dan berhasil membuatnya bertahan.
Meski selanjutnya ia jarang bermain, tak ada protes yang Gilmour lancarkan mengingat Tuchel terus berkomunikasi dengannya sehingga pada akhirnya ia menjadi starter saat Chelsea menghadapi Fulham.