INDOSPORT.COM - Seorang kiper mencatat clean sheet alias tak kebobolan dalam sebuah pertandingan final itu biasa, tapi bagaimana dengan steril selama 90 menit plus 30 menit waktu ekstra sampai berakhirnya babak adu penalti?
Tergolong mustahil memang, namun ternyata situasi ini pernah terjadi pada klimaks kompetisi antarklub terelite seantero Benua Biru, Piala Champions (kini Liga Champions). Panggungnya yaitu final edisi 1986 yang mempertemukan Steaua Bucuresti dengan Barcelona.
Kedua tim merepresentasikan kekuatan terbaik Eropa Timur dan Eropa Barat. Tak perlu ditanya, Barcelona menyandang predikat favorit meski kala itu belum pernah sekali pun menapaki podium juara Piala Champions.
Sekitar seperempat abad sebelumnya, Barcelona sempat menjejak final Piala Champions (1961). Kesempatan pertama ini rupanya meninggalkan kenangan buruk.
Mengandalkan pemain-pemain legendaris seperti Luis Suarez Miramontes, plus Trio Hungaria, Ladislao Kubala, Sandor Kocsis, dan Zoltan Czibor, klub kebanggaan masyarakat Catalan ini malah bertekuk lutut di hadapan raksasa Portugal, Benfica.
Pengalaman bertanding di final tentu menjadi modal berharga bagi Barcelona. Keuntungan lain, kubu lawan hanyalah tim semenjana asal negara yang tak punya tradisi oke di Piala Champions, yaitu Rumania.
Itulah kali pertama Steaua Bucuresti menembus final Piala Champions. Tren negatif menghantui karena belum ada wakil Eropa Timur yang bisa mengangkat Si Kuping Besar (julukan trofi Piala/Liga Champions) sebelum 1986.
7/5/1986 #SteauaBucarest campione d'Europa,Barça ko
— Eurosport IT (@Eurosport_IT) May 7, 2016
Un solo eroe in campo,Helmuth #Duckadam https://t.co/bBk9ACAcFm pic.twitter.com/0f0zDyX59s
Partizan Beograd pernah mencoba peruntungan pada edisi 1966, tapi klub asal Yugoslavia tersebut harus mengubur mimpi juara lantaran dikalahkan Real Madrid yang masih diperkuat nama-nama beken sekaliber Paco Gento, Ferenc Puskas, dan Manuel Sanchis.
Kembali ke duel Steaua vs Barcelona, 7 Mei 1986, atmosfer pertandingan bisa dibilang berat sebelah. Lokasi final boleh saja netral, namun Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla, terletak di tanah Spanyol sehingga disesaki puluhan ribu Cules.
Tradisi dan dukungan penuh dari seisi stadion toh tak serta-merta menghasilkan gelar juara. Barcelona boleh saja mengurung Steaua sepanjang waktu normal dan babak ekstra selama 120 menit, tapi selalu gagal membuka skor akibat terbentur ketangguhan Helmut Duckadam.
Kiper legendaris Steaua Bucuresti ini berjibaku mementahkan segala upaya gol Barcelona. Aksi-aksi heroik pemain berjuluk Pahlawan dari Sevilla ini memaksa Barcelona mengais peruntungan melalui babak adu penalti.