INDOSPORT.COM - Tak bisa dipungkiri bahwaa Luis Suarez merupakan salah satu striker paling berbahaya di dunia. Kemampuan olah bola plus naluri gol pemain berjulukan El Pistolero alias Si Penembak Jitu tersebut kerap mengundang decak kagum penonton.
Meski begitu, nama Suarez bukan cuma identik dengan gol. Kontroversi juga mengiringi perjalanan kariernya, terlebih saat memperkuat Uruguay dalam sebuah turnamen akbar seperti Piala Dunia.
Suarez tidak segan-segan menggunakan berbagai cara, baik ilegal maupun legal, untuk membawa Uruguay melangkah jauh di Piala Dunia. Sebagaimana yang terlihat dalam pertandingan perempat final edisi 2010.
Uruguay berebut tiket semifinal dengan Ghana, 2 Juli 2010. Duel berlangsung seru sampai babak ekstra, terutama ketika memasuki detik-detik krusial.
Kedua tim bermain imbang 1-1 selama 120 menit setelah masing-masing berhasil menyarangkan gol lewat aksi Diego Forlan dan Sulley Muntari.
Drama terjadi pada menit ke-120. Ghana menciptakan kemelut di muka gawang Uruguay memaksimalkan situasi tendangan bebas. Stephen Appiah melepaskan tembakan jarak dekat, tapi masih bisa diselamatkan oleh Suarez yang berdiri tepat di garis gawang.
Bola liar mengarah ke Dominic Adiyiah. Nama yang disebut belakangan lantas menyundul si kulit bulat sambil berharap tercipta gol kemenangan bagi Ghana, tetapi lagi-lagi terbentur aksi ‘heroik’ Luis Suarez.
Heroik dalam tanda petik lantaran Suarez menghalau bola secara ilegal, yakni menggunakan tangan. Gawang Uruguay selamat, tapi Ghana memperoleh kesempatan emas memenangkan laga via titik putih.
Wasit Olegario Benquerenca asal Portugal tak lupa mencabut kartu merah guna mengusir Suarez ke luar lapangan akibat telah berlaku licik. Sang pahlawan Uruguay berjalan gontai meninggalkan rekan setim yang sedang menantikan kekalahan di depan mata.
#OnThisDay in 2010, Luis Suarez broke African hearts with an infamous handball against Ghana at the World Cup. pic.twitter.com/JVMSfoaugq
— B/R Football (@brfootball) July 2, 2016
Asamoah Gyan bersiap menunaikan tugas mulia yang berpotensi menciptakan rekor baru berupa wakil Afrika pertama di semifinal Piala Dunia. Suarez berhenti sejenak sebelum benar-benar pergi dari lapangan agar bisa menyaksikan dampak dari perbuatannya.
Takdir berkata lain. Eksekusi Gyan memang berhasil mengelabui kiper Uruguay, Fernando Muslera, namun bola membentur mistar gawang dan memantul ke luar lapangan disusul bunyi peluit akhir yang menandakan pertandingan berlanjut ke babak adu penalti.
Sontak Suarez yang tadinya bermuram durja langsung melompat kegirangan. Pengorbanan sang pemain tak sia-sia karena harapan Uruguay melaju ke semifinal Piala Dunia batal pupus dan masih bisa mengais peluang via tos-tosan.
Dewi Fortuna kembali berpihak kepada Uruguay dalam babak adu penalti. Sebanyak empat dari lima penendang mereka sukses menunaikan tugasnya, sedangkan Ghana cuma dua kali sehingga menghasilkan kedudukan 4-2.
Langit serasa runtuh bagi Ghana. Segenap elemen beramai-ramai menunjuk Suarez sebagai kambing hitam sambil mengumbar kritik yang menyudutkan. Pelatih Milovan Rajevac termasuk paling vokal dalam urusan ini.
“Kekalahan Ghana adalah perwujudan dari ketidakadilan dalam olahraga. Saya tak tahu apa yang akan saya katakan bila diberi kesempatan tatap muka dengan Luia Suarez. Kami tak pantas kalah,” kata Rajevac seperti dilansir The Telegraph.