Ambisi Semu Suning Group yang Sengsarakan Inter Milan
Inter Milan harus ekstra waspada terkait keberlangsungan klub. Sebab, Suning Group selaku pemilik pernah melakukan hal ekstrem kepada klub naungannya.
Ya, pada Februari 2021 lalu Suning Group membubarkan klubnya di Liga China, Jiangsu Suning. Pembubaran Jiangsu Suning hanya 108 hari setelah mereka menjuarai Liga Super China pada November tahun lalu.
Jiangsu Suning awalnya tidak bisa memenuhi tenggat waktu pendaftaran pemain untuk tampil di Liga Champions Asia. Mereka pun mundur dari ajang tersebut.
Akhirnya pada 28 Februari atau berjarak lima tahun usai diakusisis oleh Suning Group, Jiangsu secara resmi membubarkan diri. Pembubaran tak cuma di tim utama, tetapi juga di tim sepak bola wanita dan akademi.
Pandemi virus corona disebut sudah membuat keuangan Suning Group menjadi berantakan, sehingga memutuskan fokus di usaha utamanya, yakni bisnis ritel ketimbang non-ritel.
Tanda-tanda kebangkrutan sudah mulai terlihat pada November tahun lalu ketika gaji para pemain tidak dibayarkan. Pemain asing seperti Alex Teixeira, sampai enggan perpanjang kontrak.
Pelatih juara, Cosmin Olaroiu, juga diputus kontrak pada 11 Februari. Situasi ini sangat mirip dengan yang terjadi di Inter Milan. Raksasa Italia itu pun patut waspada.
Buruknya perencanaan manajemen membuat Suning Group patut disalahkan. Sebab, mereka tidak memiliki formula untuk mengatasi krisis seperti klub-klub Eropa lainnya.
Satu-satunya solusi adalah segera menjual jawara Liga Italia, Inter Milan, ke investor baru. Sampai saat ini baru BC Partners yang bersedia membayar sekitar 750-800 juta pound. Meski begitu, belum ada keterangan resmi dari klub mengenai kabar ini.