Nahitan Nandez, Kante-nya Uruguay yang Jadi Rebutan Tottenham dan Inter Milan
Lahir di Punda del Este, Uruguay, pada 25 tahun lalu, Nahitan Nandez mengawali karier sepak bola dengan bergabung ke tim junior Penarol.
Pada tahun 2014, ia menjalani debut di tim utama pada pertandingan Liga Uruguay menghadapi Danubio. Ketika itu, ia masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-57.
Musim berikutnya, ia mulai jadi andalan raksasa Uruguay tersebut, hingga akhirnya pindah ke rakasa Argentina, Boca Juniors, pada 2017.
Tampil gemilang di Boca, dua musim kemudian ia memulai perjalanannya di Eropa dengan bergabung bersama Cagliari dan langsung jadi andalan. Musim lalu saja, ia sukses mencatatkan 32 penampilan di Serie A Italia dan mencetak 2 gol serta 2 assist.
Berposisi sebagai gelandang box to box, Nandez kerap disamakan dengan N’Golo Kante karena sama-sama dikenal tak pernah berhenti berlari dan menekan lawan.
Saat memberikan ucapan selamat ulang tahun, akun resmi Cagliari bahkan menyebut Nandez bisa berlari sejauh 11 kilometer dalam 1 pertandingan.
Gaya permainannya yang agresif dalam mengejar bola dan tak ragu untuk berduel dengan pemain lawan inilah yang kemudian membuatnya digemari fans, mulai dari saat di Penarol hingga Cagliari.
Meski demikian, Nandez tak hanya piawai menekan dan merebut bola dari lawan. Ia juga pandai mengirimkan umpan akurat untuk membantu timnya melakukan serangan balik, namun juga memiliki kemampuan yang baik untuk membawa ke depan.
Nahitan Nandez sendiri diketahui pernah mengidamkan pindah ke klub Liga Inggris, Leeds United. Sang agen, Pablo Bentancur, menyebut sejak masih di Boca Juniors sang pemain bermimpi menjadi anak buah Marcelo Bielsa.
“Impian kami adalah bermain di Inggris. Jika bisa ke Leeds United, itu lebih baik lagi,” kata Bentancur seperti dilansir 90min.
Meski demikian, minimnya pergerakan dari Leeds membuat Nandez kini lebih memilih Inter Milan yang menawarkan peluang bermain di Liga Champions.
Menarik ditunggu ke mana akhirnya Nahitan Nandez berlabuh di musim panas ini. Apakah Cagliari bersedia melepasnya ke Inter Milan, memilih menjualnya ke Tottenhamnya, atau justru akan mempertahankannya lebih lama.