3 Alasan Antonio Conte Takkan Jadi Pelatih Arsenal
1. Antonio Conte Adalah Opsi Jangka Pendek
Sadar atau tidak, mental juara yang dimiliki Antonio Conte di klub-klub sebelumnya mengorbankan satu hal penting, yakni progres sebuah klub.
Contememang memiliki mental juara. Namun untuk menjadi juara ia butuh tim yang sesuai keinginannya. Biasanya, para pemain yang dibutuhkan pelatih berusia 52 tahun tersebut adalah pemain dengan pengalaman segudang di posisinya.
Hal ini berlaku saat Conte menukangi Chelsea dan menukang Inter Milan di mana ia tak segan mendatangkan pemain gaek demi menjadi juara.
Dengan rekam jejak seperti itu, tentu apa yang dianut Conte bertentangan dengan kebijakan Arsenal yang sedari dulu fokus terhadap pengembangan pemain muda.
Terlebih, saat ini skuat Arsenal didominasi pemain muda. Jika Conte datang, The Gunners harus rela bila beberapa pemain muda yang didatangkannya dilepas atau tersingkir demi mendapatkan hasil secara singkat.
2. Finansial Arsenal
Masih berkaitan dengan mental juara, Antonio Conte butuh modal besar untuk menjadi juara. Ia tak segan memaksa petinggi sebuah klub mengeluarkan dana hingga ratusan juta poundsterling demi proyek yang ia jalankan.
Di Chelsea saja, Conte bahkan mengeluarkan dana belanja hampir 300 juta poundsterling. Sedangkan di Inter Milan, ia bahkan meminta skuat baru yang membuat Nerazzurri harus merogoh kocek dalam-dalam.
Jika Arsenal hendak merekrut Conte, The Gunners tentu harus menyiapkan dana belanja ekstra besar karena bisa saja 80 persen skuat Meriam London akan dirombak.
Berkaca kepada kebiasaan Arsenal dalam transfer, maka kebijakan finansial The Gunners sangat bertolak belakang dengan Conte.
Apa yang terjadi di Arsenal ini hampir sama dengan Tottenham Hotspur yang terbilang irit dalam belanja pemain sehingga Conte menolak pinangan Spurs.
3. Kerap Berseteru dengan Petinggi Klub dan Pemain
Antonio Conte merupakan sosok yang keras. Sejak bermain hingga menjadi pelatih, watak keras yang ia miliki tak pernah berubah.
Dengan wataknya tersebut, Conte tak jarang berseteru dengan pemain atau petinggi klub. bisa dihitung berapa kali saja dirinya pecah kongsi dengan pihak klub.
Saat di Chelsea, ada Diego Costa yang harus menerima diusir oleh Conte kendati musim sebelumnya menjadi andalan. Pun dengan Radja Nainggolan yang ditendang padahal sebelumnya Conte pernah mengincarnya.
Di Chelsea pun Conte pernah berseteru dengan petinggi klub akibat permintaannya tak dipenuhi. Di Inter Milan, ia bahkan rela mundur dari jabatannya karena tak sepaham dengan petinggi klub.
Bayangkan saja jika Arsenal merekrut Conte? Dengan skuat The Gunners yang terlihat tak serius saat bermain dan penuh kontroversi, entah seperti apa kamar ganti Meriam London jika ia bergabung.
Belum lagi dengan fakta, mampukah Stan Kroenke selaku pemilik Arsenal bekerja sama dengan Antonio Conte yang memiliki watak keras?