INDOSPORT.COM - Ketajaman daya serang Bali United tak diimbangi dengan sistem bertahan selama lima partai awal kompetisi BRI Liga 1 2021-2022. Statistik menunjukkan gawang mereka lebih mudah dibobol musim ini.
Bali United di tangan Stefano Cugurra dikenal sebagai tim dengan sistem bertahan yang kokoh. Seluruh lini wajib ikut serta membantu pertahanan ketika diserang.
Sistem racikan Stefano Cugurra membuat para penyerang seperti Ilija Spasojevic, Melvin Platje, hingga Stefano Lilipaly kerap turun sampai pos belakang. Kerja itu sangat berhasil ketika Bali United menjadi tim paling sedikit kebobolan pada Liga 1 2019.
Namun, catatan itu tak berlaku di Liga 1 2021-2022, setidaknya sampai partai kelima. Gawang Bali United yang selalu dikawal Wawan Hendrawan sudah jebol lima kali.
Jumlah itu paling banyak untuk tim penghuni empat posisi teratas klasemen sementara Liga 1. Bhayangkara FC sebagai pemuncak klasemen baru kebobolan dua gol.
Sementara PSIS Semarang dan Persib Bandung yang ada di urutan ketiga dan keempat baru kebobolan tiga gol. Madura United yang ada di posisi ke-11 juga baru kemasukan tiga gol.
Pada Liga 1 2019, Bali United kebobolan lima gol ketika memasuki pekan kedelapan. Sementara pada Liga 1 2018, kebobolan lima gol terjadi pada laga ke tujuh.
Pelatih Bali United, Stefano Cugurra, punya pembelaan atas statistik ini. Menurutnya, kebobolan terjadi bukan saja karena kualitas sistem bertahan menurun, melainkan kualitas lawan yang bagus.
"Soal kebobolan, setiap pertandingan kami harus kerja keras buat tidak kebobolan, tapi kami tahu juga lawan punya pemain depan dengan kualitas bagus. Kadang kami kebobolan dari kualitas lawan," ucap Teco, sapaan akrabnya.