Kisah Kecurangan Chile di Kualifikasi Piala Dunia yang Berhasil Digagalkan Sebuah Foto
Saat insiden pelemparan suar atau flare, Rojas berlumuran darah dengan suar masih menyala di dekatnya. Karena hal itu, banyak orang yang meyakini bahwa ia terkena suar sehingga mendapat luka dan berlumuran darah.
Namun, kebeneran terkuak keesokan harinya tepat setelah insiden itu oleh sebuah foto yang tersebar di media massa serta televisi .
Dalam foto itu, terlihat suar tersebut jatuhnya berada 1 meter di belakang Rojas. Bisa disimpulkan, bahwa kiper Chile itu tak mendapat hantaman atau bahkan percikan suar.
Roberto Rojas with a flare in Brazil v Chile in 1989 pic.twitter.com/j8bm6dqQ2u
— The Antique Football (@AntiqueFootball) July 4, 2014
#FotosHistóricas – #UnDiaComoHoy pero en 1989 (hace 31 años) #Chile se enfrenta a #Brasil en el #Maracaná. Faltando 20 minutos para el final, una bengala, disparada desde las gradas, cayó en la cancha cerca de Roberto Rojas, portero de Chile. pic.twitter.com/vif7KOgSWD
— Claudio Ordóñez (@eleseljefe) September 3, 2020
Lalu, mengapa Rojas bisa berlumuran darah saat digotong ofisial Chile? Usut punya usut, ternyata ia melukai dirinya sendiri saat dengan silet kecil yang ia simpan di sarung tangannya saat suar itu jatuh di belakangnya.
Hal ini diperkuat oleh hasil tes medis. Diketahui, luka di kepala Rojas bukan berasal dari percikan sur atau api, melainkan luka sayatan.
Setelah insiden itu, Rojas diinterogasi. Barulah terungkap bahwa ia melukai dirinya sendiri dengan silet agar insiden pelemparan suar ini seakan-akan membuatnya celaka dan kemudian mengeleminasi Brasil.
Nyatanya Rojas tak melakukannya sendiri. kecurangan itu dibantu oleh ofisial Chile sehingga ia bisa menyelipkan silet di sarung tanganya dan membawanya ke lapangan.
Beruntung bagi keadilan, kecurangan Rojas ini terbongkar berkat jepretan kamerawan bernama Ricardo Alfieri yang ada di sisi lapangan.
“Saya mengambil 14 atau 15 foto suar yang jatuh dan kejadian setelahnya. Suar jatuh ke lapangan dan mengeluarkan asap. Rojas pun jatuh di tengah kepungan asap itu. Setelahnya, foto berikutnya hanya soal Rojas yang berlumuran darah,” ujar Ricardo Alfieri dikutip dari Goal Internasional.
“Saya mendapat kesan bahwa Flare itu tidak mengenainya (Rojas). Tapi ada kontradiksi, dia tidak kena tapi dia berdarah. Itu tidakmasuk akal,” lanjutnya.
Insiden ini pun membuat geger. Bahkan insiden ini disebut sebagai insiden paling memalukan sepanjang sejarah laga di bawah naungan FIFA.
10 hari setelah laga itu, FIFA pun menjatuhkan hukuman kepada Rojas berupa larangan berkecimpung di dunia sepak bola seumur hidup.
Selain itu, FIFA juga menjatuhkan hukuman skorsing kepada Presiden Asosiasi Sepak Bola Chile, Orlando Aravena (pelatih), Fernando Astengo (pemain), dan Daniel Rodriguez (dokter tim).
Tak cukup sampai di situ, Chile juga dinyatakan kalah WO dari Brasil dan kemudian dicoret dari kualifikasi serta dilarang ambil bagian pada Kualifikasi Piala Dunia 1994.
Pada akhirnya, kejadian ini pun menjadi sejarah. Pada tahun 2000, FIFA mencabut hukumannya kepada Rojas melalui amnesti.