In-depth

Renaissance Andreas Christensen: Dihina hingga Cetak Rekor Gila untuk Chelsea dan Denmark

Kamis, 21 Oktober 2021 12:05 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© REUTERS/Matthew Childs
Selebrasi Andreas Christensen di laga vs Malmo FF (21/10/21). Copyright: © REUTERS/Matthew Childs
Selebrasi Andreas Christensen di laga vs Malmo FF (21/10/21).
Naik Turun Karier Andreas Christensen

Tak hanya pendukung Chelsea, para penikmat sepak bola meyakini bahwa Mason Mount adalah wajah akademi The Blues yang ada di skuat utama saat ini. Percaya atau tidak, tapi itulah kebenaran faktanya.

Tapi bila ditelisik lebih jauh, wajah asli dari akademi Chelsea sejatinya adalah Andreas Christensen. Ia menjadi sosok pertama yang menembus tim utama dari akademi The Blues secara langsung dengan melewati masa-masa perih tanpa adanya pilih kasih.

Pertama kali Christensen masuk ke skuat utama Chelsea terjadi pada musim 2012/13. Tapi pemain asal Denmark ini urung tampil di laga senior.

Debutnya sendiri baru didapatkan pada musim 2014/15 saat Chelsea diasuh Jose Mourinho, di mana ia turun di ajang domestik seperti Piala Liga Inggris dan Piala FA.

Setelahnya, sama seperti pemain akademi lainnya, Christensen menjalani masa peminjaman selama dua tahun di Jerman bersama Borussia Monchengladbach. Banyak yang percaya bahwa peminjaman itu menjadi akhir kariernya di Chelsea.

Benarkah? Ternyata tidak. Petinggi Chelsea, Marina Granovskaia serta Michael Emenalo kala itu masih percaya akan kualitasnya dan percaya pada apa yang dikatakan legenda dan bek legendaris The Blues, John Terry.

“Percaya pada saya, saya akin dia akan jad pesepak bola top dan salah satu pemain masa depan untuk Chelsea,” ucap John Terry pada 2014 silam.

Ucapan tersebut benar adanya dan pasca dua tahun peminjaman di Monchengladbach, Christensen kembali ke Chelsea di bawah era Antonio Conte.

Ia menjadi andalan dalam formasi 3 bek Conte menggantikan peran Gary Cahill dan David Luiz yang kian menua. Tapi, seperti yang telah dikatakan, perjalanan Christensen tak selamanya mulus dan terkesan perih.

Di era Conte, Christensen kerap menjadi sasaran para pendukung Chelsea karena dianggap sering melakukan blunder, terutama di Liga Champions saat The Blues berhadapan dengan Barcelona di babak 16 besar musim 2017/18.

Pasca kepelatihan berganti dari Conte ke Maurizio Sarri, Christensen kembali menjadi andalan di mana ia tampil penuh di ajang Liga Europa dan membawa pulang trofi itu ke Stamford Bridge.

Apakah prestasi itu membuatnya terhindar dari cemoohan seperti Mason Mount dan pemain akademi lainnya? Tidak. Pasalnya, cemoohan kembali hadir di era Frank Lampard.

Christensen menjadi kambing hitam Chelsea terus menerus di era Frank Lampard. Bahkan ia kerap dicadangkan dan banyak pendukung The Blues yang memintanya hengkang atau dijual.

Lagi-lagi pengalaman perih Christensen itu terlewati seiring kehadiran Thomas Tuchel yang bisa memanfaatkan keunggulannya yakni sebagai Ball Playing Center Back.

Hasilnya bisa ditebak. Satu gelar Liga Champions mampu diraih Chelsea di mana Christensen menjadi tulang punggung di partai final.

Bahkan penampilan itu berlanjut di tim nasional Denmark di mana ia membawa tim Dinamit ke semifinal Euro 2020 dengan bermain sebagai bek maupun gelandang bertahan.

Wajar jika pelatih Brentford, Thomas Frank, menyebutnya sebagai salah satu bek terbaik saat ini dibanding bek-bek Chelsea dan bek bernama besar lainnya.

“Saat ini, dia (Christensen) adalah salah satu bek terbaik di dunia. Dia sangat cerdas di lapangan, sangat cepat mengantisipasi serangan. Secara teknik dia sangat kuat dalam membawa bola, memberi operan dan membuat keputusan,” puji Thomas Frank.

Pujian ini pun dibarengi fakta bahwa hingga laga melawan Malmo FF, Christensen telah mencatatkan 42 Clean Sheet dalam 52 pertandingan selama bermain untuk Chelsea dan Denmark. Sebuah catatan impresif bukan?

Tapi mengapa Christensen tak pernah masuk dalam pembicaraan ‘bek terbaik di dunia saat ini’? Mungkin golnya ke gawang Malmo menjadi pintu yang membuka mata pendukung Chelsea dan pecinta sepak bola bahwa ia juga layak diapresiasi.

Pertanyaan itu pun juga menjadi sentilan bagi pendukung Chelsea agar lebih menghargainya yang 8 tahun telah membela The Blues dengan melewati momen-momen perih.