4 Alasan Mauricio Pochettino Jadikan Manchester United Pelarian dari PSG
Ketiga, Pochettino menghadapi skuat yang memiliki ego tinggi di kompetisi sepak bola. Padahal, Pochettino dikenal sebagai pelatih yang senang menggali bakat muda dan bermain bak kelaparan.
Kembali ke masa tugasnya di Southampton dan Tottenham, Pochettino saat itu sangat nyaman menjalani tugas membangun sebuah proyek bersama sekelompok anak muda yang kurang berprestasi.
Contohnya, dia menemukan Harry Kane dan mengubahnya menjadi penyerang kelas dunia. Ada juga gelandang Inggris Harry Winks dan mengubah Kyle Walker menjadi salah satu bek kanan terbaik di liga.
Di Southampton, ia membantu melambungkan karier Luke Shaw, Adam Lallana, dan Jay Rodriguez.
Bandingkan dengan di PSG, Pochettino menangani pemain-pemain matang dan bersinar. Beberapa di antaranya sudah pernah merasakan trofi Piala Dunia, Liga Champions dan Ballon d’Or.
PSG nampaknya juga tak memberikan kesempatan Pochettino mengorbitkan pemain muda dari akademinya sendiri sesuai dengan prinsipnya. Jadi, bisa dibilang ruang geraknya sangat terbatas.
Terakhir, politik sepak bola di lingkungan PSG sulit dihadapi Pochettino. Hal ini juga pernah dialami pelatih sebelumnya, Thomas Tuchel, yang kini justru berkembang di Liga Inggris bersama Chelsea.
Pelatih asal Jerman itu pernah berselisih dengan direktur olahraga Leonardo di Parc de Princes, dan dipecat hanya enam bulan setelah mencapai final Liga Champions.
Menjelang pemecatannya, dia menjelaskan bagaimana rasanya melatih PSG, dan mengatakan ada pengaruh yang jauh melampaui kepentingan tim.
Semua alasan ini bisa menjadi alasan yang membuat waktu Pochettino bersama PSG tidak bertahan lama. Alhasi, Manchester United menjadi tujuan yang ideal karena saat ini ada lowongan di klub Liga Inggris itu.