INDOSPORT.COM - Lima belas tahun silam, Carlo Ancelotti pernah melancarkan protes dan bikin geger Liga Italia. Dengan nada sumbang, ia curiga ada pihak tertentu yang ingin menjatuhkan AC Milan di kancah domestik.
Pemikiran 'negatif' itu terlontar usai I Rossoneri tumbang 2 gol tanpa balas atas Atalanta pada musim 2006/07. Wasit yang kala itu memimpin pertandingan, Tiziano Pieri dituding Ancelotti telah melakukan konspirasi yang merugikan AC Milan.
"Saya sangat marah. Ini merupakan kali ketiga atau keempat di musim ini kami tidak mendapat hadiah penalti. Saat kami seharusnya mendapat penalti, wasit tak memberikannya," keluh Ancelotti.
"Ada episode negatif dalam 10 hari terakhir dengan kami," tuduhnya.
Komentar pedas Ancelotti kala itu merupakan akumulasi dari kekesalannya saat AC Milan punya kontradiski di kancah domestik dan Eropa. Di bawah rezim kepelatihannya, I Rossoneri seolah loyo di Liga Italia namun selalu garang di Liga Champions.
Tak ayal jika Ancelotti dengan radikal menyerang Liga Italia. Meskipun konspirasi yang dituduhkan Ancelotti dibantah langsung oleh Paolo Maldini serta pengacara AC Milan di era Calciopoli yakni Leandro Cantamessa, namun sejumlah besar Milanisti di penjuru dunia menganut apa yang dikatakan Ancelotti.
Seiring berjalannya waktu, ‘penampilan loyo di Liga Italia namun selalu garang di Liga Champions’ kadung diimani oleh Milanisti. Sayangnya, kondisi tersebut tampaknya tak berlaku di era sekarang. Di bawah asuhan Stefano Pioli, I Rossoneri malah ngetop di Liga Italia.
Kini, Tim Merah Hitam berdiri kokoh di puncak klasemen dengan tabungan 38 poin dalam 16 pertandingan. Torehan tersebut menjadi start terbaik AC Milan di kancah domestik sejak musim 2003/04.
Meski mendominasi Liga Italia, namun situasi tersebut tak menular di Liga Champions. Alih-alih jadi jagoan, AC Milan malah terseok-seok dan baru mengoleksi 4 poin dari 5 laga yang dilakoni.
Kendati masih ada peluang untuk lolos ke fase gugur, namun kans tersebut hanya seukuran lubang jarum. Di samping harus menang kontra Liverpool di matchday terakhir tengah pekan ini, nasib Alessio Romagnoli dan kolega juga ditentukan oleh partai FC Porto versus Atletico Madrid.
Jika FC Porto meraup poin penuh, maka kemenangan I Rossoneri atas The Reds terbilang percuma dan tak bisa ditukar dengan tiket 16 besar. Pertanyaan pun muncul, mengapa dulu AC Milan loyo di Liga Italia namun selalu garang di Liga Champions, tapi sekarang sebaliknya? Setidaknya ada beberapa faktor untuk menjawab pertanyaan tersebut.