3 Kelemahan Kamboja yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia di Laga Perdana Piala AFF 2020
1. Minim Pemain Berpengalaman
Kelemahan Kamboja yang bisa dimanfaatkan Timnas Indonesia dan Shin Tae-yong adalah soal pengalaman bermain di level tertinggi.
Timnas Indonesia memang banyak dihuni pemain muda. Tapi ada beberapa figur senior yang punya pengalaman mentereng di level internasional.
Hal ini berbeda dengan Kamboja yang rataan usia pemainnya untuk Piala AFF 2020 hanya 22,9 tahun. Bisa dikatakan, Angkor Warriors tak punya banyak pemain dengan figur senior.
Selain pemain, Kamboja juga dilatih oleh pelatih non berpengalaman seperti Keisuke Honda. Bila dibandingkan Shin Tae-yong, CV yang dimiliki eks AC Milan itu belum lah setara.
Pengalaman yang dimiliki pemain dan pelatih pun akan menjadi kunci utama Timnas Indonesia saat menhadapi Kamboja nanti.
2. Diisi oleh Pemain Liga Lokal
Di Piala AFF 2020 ini, hampir seluruh negara serius mempersiapkan timnya yakni dengan memanggil pemain keturunan atau pemain yang bermain di Eropa.
Timnas Indonesia salah satunya yang memanggil satu pemain keturunan di Eropa yakni Elkan Baggott dan pemain lokal yang bermain di Eropa seperti Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri.
Apa yang dilakukan Indonesia dan negara lainnya, tak bisa diikuti Kamboja yang skuatnya untuk Piala AFF 2020 dihuni oleh para pemain liga lokal.
Secara tak langsung, hal ini berimbas pada pengalaman bermain di level tertinggi. Sebagaimana diketahui, level liga Asia Tenggara belum setara dengan liga-liga Eropa.
Dengan kata lain, Indonesia bisa mengandalkan para pemain yang bermain di Eropa untuk menunjukkan level permainan tertingginya seperti di Benua Biru.
3. Lini Serang yang Tumpul
Secara permainan, Kamboja yang berisikan full pemain liga lokal tak takut untuk tampil menyerang saat menghadapi Malaysia.
Namun, permainan menyerang Kamboja ini tak terlihat bertaji alias tumpul. Terlihat dari satu gol yang tercipta, itu pun hanya dari titik putih.
Padahal sepanjang laga melawan Malaysia, Kamboja mampu melepaskan 14 tembakan di mana hanya 6 saja yang mengarah ke gawang.
Tumpulnya lini serang Kamboja pun bisa dimanfaatkan Indonesia untuk melakukan serangan cepat dalam transisi bertahan ke menyerang serta mencetak gol.
Singkatnya, saat Kamboja yang ada dalam fase menyerang kesulitan mencetak gol, Indonesia bisa saja mengambil alih kendali pemainan dengan melakukan serangan balik cepat.
Hal ini telah ditunjukkan di laga persahabatan melawan Myanmar di Turki, di mana dua gol Indonesia dicetak melalui transisi dari fase bertahan ke menyerang.