INDOSPORT.COM - Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali menyebut PT Liga Indonesia Baru terlalu memaksa Liga 1 di Bali, sehingga seperti turnamen tarkam.
Kompetisi Liga 1 2021-22 putaran kedua sudah digelar dalam satu pekan terakhir. Banyak kekurangan yang didapati oleh tim, mengingat stadion memang belum standar.
PT LIB menunjuk empat lokasi di Bali untuk menggelar Liga 1, yakni Stadion I Wayan Dipta, Stadion I Gusti Ngurah Rai, Stadion Kompyang Sujana, dan Stadion Samudra.
Namun, hanya Stadion I Wayan Dipta yang memenuhi standar AFC. Sisanya, terlihat sangat tidak siap menggelar ajang Liga 1.
Seperti yang didokumentasikan oleh tim Persebaya Surabaya, ruang ganti Stadion Ngurah Rai sangat sempit dan tidak bisa menampung seluruh pemain Green Force.
Kemudian, ada pula keluhan yang datang dari Madura United soal fasilitas di Stadion Kompyang Sujana, karena harus menggelar konferensi pers di sebuah tenda portabel.
Belum lagi lampu penerangan yang kurang memadai, membuat kualitas siaran juga sangat menurun, sehingga dikeluhkan oleh suporter yang memang tak boleh ke stadion.
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali mengkritik betapa PT LIB sangat memaksakan Liga 1 digelar di Pulau Dewata, sehingga terlihat seperti turnamen 17-an.
"Entah model verifikasi apa yang dilakukan (PT LIB). Mulai dari ruang ganti yang tak layak, lampu penerangan, sampai soal penyiaran," ungkap Akmal Marhali.
"Bahkan buat menggelar jumpa pers saja menggunakan tenda portabel, sudah seperti acara turnamen 17-an antar kampung (tarkam)," lanjut Akmal.