INDOSPORT.COM - Timnas Malaysia diprediksi tidak akan bisa meraih sukses begitu saja usai merekrut pelatih asal Korea Selatan, Kim Pan-gon, untuk menggantikan Tan Cheng Hoe. Andai tidak bisa menyelesaikan masalah internal yang ada di ruang ganti, maka pergantian nakhoda akan menjadi sia-sia saja.
Pada The Strait Times, Pekan Ramli selaku pengamat sepak bola Malaysia membocorkan jika saat ini ada kesenjangan dalam hal bayaran di antara penggawa Harimau Malaya. Hal ini jadi alasan kenapa timnas Malaysia jadi kurang kompak.
Bayaran yang dimaksud bukan berasal dari federasi (FAM), melainkan klub masing-masing pemain. Anggota timnas Malaysia yang memperkuat Johor Darul Ta'zim (JDT) yang merupakan kesebelasan milik anggotan kerajaan memiliki gaji yang jauh lebih tinggi ketimbang pemain-pemain di tim lain.
Padahal JDT adalah tulang punggung Malaysia pada Piala AFF 2020 lalu. Dari 24 pemain yang dibawa Tan, enam di antaranya adalah wakil The Southern Tigers. Tidak ada tim lain yang menyumbang pemain sebanyak mereka.
Menurut Ramli, status bintang para penggawa JDT yang memonopoli Liga Super Malaysia dalam satu dekade terakhir membuat pemain lain menjadi minder untuk berbaur. Itu kenapa Kim Pan-gon punya tugas berat untuk menghapus batas di antara anak-anak asuhnya.
"Malaysia perlu memperkuat diri dari dalam. Semua orang tahu jika pemain JDT dibayar lebih mahal di liga super. Mungkin ini membuat pemain lain merasa rendah diri," ungkap Ramli.
"Manajemen yang baru harus bisa mengingatkan jika gaji klub sudah tidak boleh dipikirkan saat membela timnas. Saya lihat beberapa pemain JDT tidak bersungguh-sungguh karena takut cedera saat dipanggil tugas negara," tambahnya.