INDOSPORT.COM - Paris Saint-Germain berpeluang untuk mengikuti jejak proyek klub mendadak kaya yang akhirnya gagal total dan hancur.
Paris Saint-Germain (PSG) sejatinya memang merupakan klub ternama di Liga Prancis. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pemain bintang yang pernah berkarier di sana.
Sebut saja ada Mauricio Pochettino, Clement Chantome, Mamadou Sakho, Ludovic Giuly, Stephane Sessegnon hingga Ronaldinho.
Meski pernah dihuni banyak pemain bintang dengan status 'belum terlalu jadi', membuat PSG hanya jadi tim pelengkap di kompetisi domestik mirip dengan Arsenal setelah menjuarai Liga Inggris 2004.
Seketika hal itu berubah drastis memasuki tahun 2011 setelah uang dari Timur Tengah datang. Adalah konsorsium dari Qatar, Qatar Sports Investments yang mengakuisisinya.
Mereka menunjuk Nasser Al-Khelaifi sebagai Presiden klub. PSG pun mendadak jadi klub kaya baru di sepak bola Eropa.
Kekuatan uang yang melimpah, mega proyek langsung dibangun. PSG mulai membakar uang untuk mendatangkan para pemain bintang jadi di bursa transfer musim panas 2012.
Nama-nama seperti Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani hingga Ezequel Lavezi didatangkan ke Stadion Parc de Princes. Tujuannya hanya satu, untuk mendongkrak prestasi.
Seiring perjalanannya, PSG yang selalu mendatangkan pemain bintang jadi di setiap bursa transfer, membuat mereka perkasa dan sulit ditaklukan di Liga Prancis.
Tak heran jika mereka terlalu sering memenangkan Liga Prancis sejak diambil alih oleh pengusaha Qatar. Prestasi di kompetisi domestik mentereng, PSG mengalihkan bidikan untuk menguasai Eropa.
Target membawa trofi Liga Champions pun jadi mimpi mereka di setiap musim. Caranya? yang tetap mendatangkan pemain bintang top.
Musim ini PSG digadang-gadang akan bisa mewujudkan ambisinya itu. Bagaimana tidak, pemain hebat berkumpul di sana.
Neymar, Kylian Mbappe, Gianluigi Donnrumma, Sergio Ramos, hingga Lionel Messi berhasil didatangkan PSG.
PSG Hancur
Sayang harapan tidak sesuai kenyataan. PSG malah harus tersingkir dari Liga Champions lebih cepat di babak 16 besar.
Mereka kalah agregat 3-2 dari Real Madrid, setelah di leg kedua 16 besar Liga Champions kalah dengan skor 1-3. Sementara di leg pertama, PSG menang 1-0.
Kekalahan itu rupanya berbuntut panjang. Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi murka dengan performa timnya. Ia meluapkan kekeselannya di lorong stadion hingga ruang ganti pemain.
Wajar saja Nasser Al-Khelaifi marah, karena sejak mengakuisisi PSG, konsorsiumnya sudah membakar uang sebesar Rp22 triliun untuk mendatangkan pemain bintang top.
Hal itu dilakukan semata-mata hanya demi meraih gelar Liga Champions yang tak kunjung terwujud.
Kini internal PSG bergejolak. Hasil buruk di Liga Champions berdampak banyak ke sejumlah pihak yang berada di klub.
Pemilik konsorsium Qatar Sports Investment, Tamim bin Hamad Al Thani dikabarkan tidak senang dengan sikap arogan Nasser Al-Khelaifi di Stadion Santiago Bernabeu. Ada kabar posisinya terancam.
Pihak lain yang kena imbas adalah Leonardo de Araujo selaku Direktur Olahraga PSG, kehilangan tempat karena gagal memperpanjang kontrak Kylian Mbappe. Kontrak Kylian Mbappe bakal berakhir pada 30 Juni 2022.
Kabarnya, penyerang asal Prancis itu bakal hengkang ke Real Madrid pada musim panas 2022 secara gratis.
Pemain dan pelatih juga kenda dampak. Neymar disebut-sebut jadi biang keladi kegagalan PSG di Eropa, karena harga yang sudah dibayarkan tidak sesuai dengan performanya bersama Les Parisiens.
Sementara pelatih Mauricio Pochettino rumornya akan dipecat akhir musim nanti karena gagal membawa PSG menjuarai Liga Champions.
Kacau balaunya internal PSG bisa saja berimbas dengan nasib mereka yang bisa hancur dalam sekejap.
Jika Qatar Sports Investment angkat kaki karena muak dengan performa tim yang selalu gagal di Eropa meski sudah membakar uang cukup banyak.
Jika PSG mengalami hal di atas, mereka akan mengikuti jejak 3 klub mendadak sultan yang akhirnya hancur.