5 Perubahan Taktik Erik ten Hag Bawa Manchester United Menang Mulus Atas Liverpool
Pertama adalah formasi yang tetap, tetapi cair. Tidak kaget bila Ten Hag menggunakan formasi 4-2-3-1 - variasi dari 4-3-3 ala Belanda.
Formasi tersebut berjalan dengan Bruno Fernandes didorong lebih maju daripada gelandang bertahan Fred dan Scott McTominay. Sementara itu, penyerang sayap, Marcus Rashford dan Jadon Sancho, bermain lebih dalam dari Anthony Martial.
Sedangkan formasi yang cair tersebut bekerja dengan cara berganti posisi. Hasilnya, gol Sancho datang dari sayap kiri dan gol solo Martial yang ciamik datang dari lari cepat di sayap kanan. Pemain didorong untuk lebih mudah beradaptasi dan berganti posisi.
Kedua adalah pressing tim yang merupakan isu yang dihadapi Man United selama bertahun-tahun. MU hampir tidak pernah melakukan press secara tim dan malah dua atau tiga orang saja yang melakukannya.
Memang pressing sangat sulit dilakukan dan membutuhkan tingkat kebugaran yang tinggi. Namun, hal tersebut bakal berguna untuk melawan Liverpool ataupun Manchester City nantinya di Liga Inggris.
Pressing memang penting dilakukan karena taktik tersebut dapat meningkatkan peluang kesalahan pemain lawan sehingga dapat menciptakan peluang gol yang lebih besar.
Namun, sistem ini tetap saja memiliki risiko atau kelemahan tersendiri dengan turn-over cepat dan permainan bola panjang. Akan tetapi, sistem ini tetap dibilang efektif asal dilakukan dengan benar.
Ketiga adalah garis pertahanan yang tinggi. Di mana ada pressing akan selalu ada juga garis pertahanan yang tinggi yang memungkinkan tim untuk menekan sebagai satu dan berlari bersama. Ini terbukti terutama di babak pertama, dengan Raphael Varane memenangkan tekel di tengah lapangan.
Sebuah indikasi bahwa pemain belakang memang didorong untuk maju. Namun, taktik itu membuat tim berpotensi rentan terhadap bola tinggi dari lawan.
Terlebih lagi, taktik tersebut membutuhkan kewaspadaan penjaga gawang untuk segera menyapu bola serangan balik, sementara juga membutuhkan kecepatan dan kesadaran dari para pemain bertahan.
Selain itu, sistem tersebut akan membantu memungkinkan United untuk mendominasi wilayah selama pertandingan.
Keempat adalah pergerakan yang kompak. Didorong oleh lini pertahanan yang tinggi, MU lebih kompak sebagai satu kesatuan. Secara alami, ketika pertahanan didorong, garis di antara setiap lini tim berkurang sehingga mereka bisa bermain lebih lancar.
Tekel Varane tadi menghasilkan lemparan ke dalam untuk Man United dan semua 10 pemain mereka maju lebih tinggi dari garis tengah lapangan.
Ini memastikan bahwa lawan mereka tidak akan memiliki waktu untuk menguasai bola dan lebih sedikit ruang untuk bermain di dalam.
Kelima adalah main dari belakang. Pada saat goal kick terjadi, David De Gea lebih sering melakukan umpan pendek daripada umpan panjang saat MU membangun serangan.
Sebuah hal yang umum bahwa bek bakal berada di dekat kipernya untuk menerima umpan pendek dan bakal mulai membangun serangan dari belakang.