INDOSPORT.COM - Seiring waktu, semakin sedikit pelatih lokal Indonesia yang menjadi juru taktik di kompetisi kasta tertinggi, Liga 1. Musim ini, hanya ada enam pelatih lokal.
Adapun enam pelatih tersebut adalah Aji Santoso (Persebaya Surabaya), Rahmad Darmawan (Rans Nusantara FC), kemudian ada nama Seto Nurdiyantoro (PSS Sleman).
Selanjutnya, masih ada Widodo Cahyono Putro (Bhayangkara FC), Nil Maizar (Dewa United FC), dan juga Djajang Nurdjaman (Persikabo 1973) yang melatih klub baru.
Sisanya, sebanyak 12 tim Liga 1 memilih untuk menggunakan pelatih asing di putaran awal kompetisi musim ini.
Ada yang merekrut pelatih asing sarat pengalaman, ada pula tim yang melakukan perjudian dengan mengontrak pelatih asing yang belum pernah menjajal Liga Indonesia.
Padahal, Indonesia sendiri memiliki 20 orang pelatih berlisensi AFC Pro per tahun 2019 lalu, dan mestinya setiap tahun ada peningkatan, walau terhalang pandemi.
Hal itu yang menjadi perhatian komentator dan pengamat sepak bola, Tommy Welly alias Bung Towel. Mengapa tim Indonesia enggan menggunakan pelatih domestik.
"Di Indonesia kita punya sekitar 20-an pelatih dengan level pro license, yang jadi persyaratan utama untuk menangani klub Liga 1," ucap Bung Towel di kanal Youtube-nya.
Padahal, di level Eropa yang memiliki sepak bola maju, justru menggunakan mayoritas pelatih lokal di liganya masing-masing.