Tawuran di Jogja, Ini Sejarah Rivalitas Suporter Persis Solo dan PSIM Yogyakarta
Pada Perserikatan 1931 silam, PSIM Yogyakarta menjadi runner up, sedangkan juaranya diraih oleh VIJ (Persija Jakarta).
Setahun kemudian keadaan berbalik, PSIM Yogyakarta menjadi juara dan VIJ Jakarta menjadi runner up. Sedangkan Persis Solo baru bisa meraih gelar juara pada tahun 1935 dan 1936.
Pada tahun 1939 rivalitas antara PSIM Yogyakarta vs Persis Solo kian nyata. Persis Solo menjadi juara Perserikatan 1939 sedangkan PSIM Yogyakarta menjadi runner up.
Hal yang sama terjadi pada tahun 1940, Persis Solo menjadi juara dan PSIM Yogyakarta menjadi runner up. Kemudian pada tahun 1943 dan 1948, rivalitas kedua tim terus berlanjut.
Masih dengan Persis Solo sebagai juara, dan PSIM Yogyakarta sebagai runner up. Namun setelah itu, rivalitas soal prestasi antara mulai meredup karena dua tim ini kesulitan bersaing di kasta tertinggi.
Rivalitas antara PSIM dan Persis juga tak bisa dilepaskan dengan rivalitas antara suporter kedua tim, terutama Brajamusti dan Pasoepati.
Meski sudah jarang bertemu di kompetisi sepak bola Liga Indonesia, gesekan antara kedua suporter masih terjadi. Bahkan tak jarang, nyawa melayang akibat rivalitas ini.