In-depth

Kerap Gugur, 3 Regulasi Baru yang Bisa Diterapkan Liga 1 Agar Klub Indonesia Tangguh di Piala AFC

Jumat, 26 Agustus 2022 20:05 WIB
Editor: Subhan Wirawan
© Adriyan Adirizky/INDOSPORT
Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares (tengah), saat menghadiri sesi prematch jelang lawan Arema FC di Liga 1. Foto: Adriyan Adirizky/INDOSPORT. Copyright: © Adriyan Adirizky/INDOSPORT
Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares (tengah), saat menghadiri sesi prematch jelang lawan Arema FC di Liga 1. Foto: Adriyan Adirizky/INDOSPORT.
Penambahan Pemain Asing

Regulasi pertama adalah penambahan pemain asing. Seperti diketahui, bahwa klub Liga 1 di musim ini hanya boleh berisikan empat pemain asing.

Rinciannya adalah 3 pemain asing dari berbagai negara, ditambah satu pemain dari Kawasan zona Asia.

Jika berkaca dari liga tetangga, jumlah tersebut masih terbilang kecil terutama untuk Liga Malaysia yang baru saja mengalahkan PSM.

Tercatat, di Liga Malaysia musim ini menggunakan lima pemain asing dengan rincian tiga pemain dari negara bebas, satu pemain dari negara Asia serta satu dari kawasan ASEAN.

Jumlah tersebut belum termasuk para pemain keturunan serta naturalisasi yang terlihat sangat banyak di skuat Kuala Lumpur City kemarin.

Saat hadapi PSM di Piala AFC, diketahui Kuala Lumpur City memainkan 6 pemain asing serta keturunan dalam starting line up mereka. Berbanding terbalik dengan PSM yang cuma memaksimalkan tiga penggawa asingnya.

Andai memiliki banyak pemain asing, mungkin saja PSM serta klub Liga 1 lain yang tampil di kompetisi Piala AFC bisa berikan perlawananan lebih dan melangkah lebih jauh.

Bahkan Liga Thailand yang sudah bisa mengirimkan satu wakil lolos ke putaran final Liga Champions Asia, diketahui memakai 8 hingga 9 pemain asing untuk musim ini.

Penggunaan Wasit Berkualitas
Berikutnya adalah peraturan untuk meningkatkan kualitas wasit. Faktor pengadil lapangan memang sedikit banyak berpengaruh terhadap penampilan klub-klub Liga 1 Indonesia di kompetisi Piala AFC.

Pasalnya, dengan kepemimpinan wasit yang kurang baik di Liga 1, bisa berimbas pada kebiasaan pemain Indonesia yang kerap melakukan pelanggaran sia-sia di kompetisi AFC.

Faktor kepemimpinan wasit memang pernah disinggung pelatih PSM, Bernardo Tavares.

Menurut sang pelatih, anak asuhnya kerap melakukan pelanggaran yang dianggap tidak berbuah kartu (di Liga 1), tetapi sejatinya hal tersebut merupakan pelanggaran di ajang internasional.

Imbasnya, beberapa pemain PSM kerap mendapat hukuman kartu kuning di Piala AFC, bahkan berujung pelanggaran penalti dan merugikan skuat Juku Eja.

Dengan meningkatkan kualitas wasit atau mungkin memakai jasa wasit asing di Liga 1, kualitas permainan pemain Liga Indonesia bisa semakin membaik dan saat tampil di ajang Piala AFC tidak lagi melakukan pelanggaran sia-sia.