INDOSPORT.COM - Kekalahan kandang pertama Arema FC atas Persebaya Surabaya sejak era Liga 1 menjadi pemicu chaos di Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (01/10/22) yang berujung petaka. Berikut ulasannya.
Dunia sepakbola tanah air tengah berkabung menyusul tragedi maut yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (01/10/22).
Bagaimana tidak, kerusuhan yang mengkibatkan chaos tersebut menewaskan 129 orang meninggal dunia. Baik di pihak kepolisian maupun suporter Arema FC.
Bahkan, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak menyampaikan berdasarkan data yang diperoleh dari BPBD Jawa Timur pada pukul 10.30 WIB korban kerusuhan sudah menyentuh 174 jiwa.
Tragedi tersebut menjadi yang terkelam dalam sejarah dunia sepakbola tanah air, mengingat peristiwa yang sama tak pernah memakan korban hingga ratusan orang.
Bahkan, dari catatan 'Deadliest Soccer Matches in History', tragedi Kanjuruhan, Malang menempati urutan kedua dalam catatan sepakbola dunia.
Tragedi Kanjuruhan, Malang melampau beberapa kejadian nahas lain yaitu Accra Ghana yang menewaskan 126 orang, dan tragedi Hillsborough yang menelan korban jiwa sebanyak 96 orang.
Di urutan teratas, tragedi Nasional Estadio Peru pada tahun 1964 menjadi peristiwa yang terkelam sepanjang sejarah, di mana 328 nyawa harus melayang.
Jika ditarik benang merah, chaos yang terjadi di Kanjuruhan, Malang dipicu ketidakpuasan suporter Arema FC atas hasil yang didapat tim kesayangannya saat bersua Persebaya Surabaya.
Berikut duduk perkara tragedi tersebut, hingga mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia dan menjadi peristiwa terkelam dalam sejarah sepakbola tanah air.