Duduk Perkara Tragedi Kanjuruhan, Bermula dari Kekalahan Kandang Pertama Arema FC atas Persebaya
Penggunakan gas air mata disinyalir jadi 'tersangka' lain yang memicu jatuhnya korban jiwa dalam tragedi kelam di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Usai peluit panjang berbunyi, fans Arema FC sendiri mengawali keributan dengan melemparkan botol air mineral ke arah lapangan.
Alih-alih mereda, para suporter malah kian brutal saat pihak panpel pertandingan memperingatkan untuk tidak bertindak anarkis.
Kemudian polisi mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah suporter yang menyerang. Gas air mata membuat Aremania yang berada di tribune berlari membubarkan diri keluar stadion. Suasana makin tak terkendali saat para suporter masuk ke arah lapangan. Gas air mata pun terus ditembakkan polisi.
Akibatnya, para suporter hingga pihak keamanan ikut menjadi korban lantaran berdesak-desakan hingga kehabisan oksigen. Hingga siang ini, tercatat korban meninggal mencapai 170 orang.
Gas air mata sendiri memang tertuang dalam FIFA Safety Regulations, khususnya pasal 19 ayat b. Dalam aturan tersebut FIFA mengharamkan penggunakan gas air mata di dalam stadion.
Versi polisi, langkah itu diterapkan karena tampak adanya upaya serangan yang hendak dilakukan oleh suporter.
"Kami mendalami kenapa suporter begitu beringas. Langkah-langkah (meluncurkan) gas air mata itu didahului dengan himbauan," tandas Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta.
3. Disorot Media Asing
Hanya sesaat setelah tragedi Kanjuruhan Malang muncul ke permukaan, beberapa media luar negeri turut menyoroti insiden tersebut.
Berbagai media ternama Inggris seperti Mirror, Daily Star, The Guardian hingga Fox Sports menyoroti tragedi maut pada laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.