INDOSPORT.COM - Berikut adalah empat momen tembakan gas air mata oleh aparat keamanan di sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan menjadi aksi yang paling brutal.
Gas air mata adalah senjata kimia berupa gas yang digunakan untuk melumpuhkan orang lain dengan menyebabkan iritasi pada mata, dan/atau sistem pernapasan.
Gas air mata tertuang dalam FIFA Safety Regulations, khususnya pasal 19 ayat b. Dalam aturan tersebut FIFA mengharamkan penggunakan gas air mata di dalam stadion.
Namun, baru-baru ini, Liga Indonesia mengguncang dunia usai pertandingan Arema FC vs Persebaya, Sabtu (01/10/22) malam berakhir tragis karena gas air mata.
Tercatat per hari ini, Rabu (05/10/22), ada 131 orang yang meninggal dunia, karena terlalu banyak terpapat gas air mata, dan mereka berdesakan saat keluar Stadion Kanjuruhan.
Berikut ini INDOSPORT merangkum empat aksi pelemparan gas air mata yang pernah terjadi di perjalanan sepak bola Indonesia.
1. Liga Primer Indonesia 2012
Aparat pernah berupaya menghalau penonton yang turun ke lapangan dalam pertandingan Liga Primer Indonesia (IPL) di Stadion Gelora Bung Tomo, 3 Juni 2012.
Saat itu, Persebaya 1927 vs Persija. Insiden bermula saat sebagian pendukung Persebaya (Bonek) turun ke lapangan untuk mengambil spanduk setelah pertandingan.
Namun aksi itu mendapat perlawanan dari pihak keamanan yang berusaha menghalau mereka. Suporter mulai melempari benda, polisi lantas menembakkan gas air mata.
Satu orang dikabarkan meninggal dunia setelah kekurangan oksigen dan terinjak saat berdesakan di pintu ke luar stadion. Momen ini dikenal sebagai Argapani, atau singkatan dari Arogansi Aparat Tiga Juni.