In-depth

4 Momen Tembakan Gas Air Mata di Sepak Bola Indonesia, Tragedi Kanjuruhan Paling Brutal!

Rabu, 5 Oktober 2022 12:45 WIB
Penulis: Martini | Editor: Prio Hari Kristanto
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.
2. Liga Indonesia 1996/1997

Momen penembakan gas air mata yang tak kalah menyita perhatian adalah semifinal Liga Indonesia 1996/1997 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 26 Juli 1996.

Duel yang mempertemukan Mitra Surabaya melawan Bandung Raya itu harus dihentikan pada menit ke-63, karena ada gas air mata yang menyasar ke salah satu bench pemain.

Aparat awalnya ingin menembak gas air mata ke arah tribun penonton, ternyata ia keliru. Asap pedas justru menyebar di tepi lapangan, membuat pemain kelimpungan.

Sebagian pemain bahkan kesulitan bangkit dan terlihat mengalami sesak napas, hingga harus mendapat pertolongan tim medis. 

Pertandingan semifinal Liga Indonesia 1996/97 akhirnya dihentikan secara darurat, dan baru dilanjutkan esok harinya. Bandung Raya menang atas Mitra Surabaya, skor 1-0. 

3. Kualifikasi Piala Dunia 2019

Jejak penggunaan gas air mata juga sempat menjalar hingga ke laga Timnas Indonesia, tepatnya saat aparat membubarkan massa usai Kualifikasi Piala Dunia tahun 2019 silam. 

Saat itu, Timnas Indonesia berhadapan dengan Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Kamis (05/09/19).

Dalam laga ini, kericuhan sudah pecah di tengah laga, sejumlah penonton Indonesia menyerang kelompok suporter Malaysia, mengakibatkan sejumlah penonton luka.  

Timnas Indonesia akhirnya kalah dengan skor 2-3. Hasil ini membuat situasi semakin tidak terkendali. Massa berontak, sedang aparat harus melindungi para pemain.

Aparat keamanan pun melemparkan gas air mata dari arah tribun VVIP ke gate 1. Namun aksi ini tidak berlangsung lama, dan aparat diminta berhenti lewat pengeras suara.