INDOSPORT.COM - Media Argentina, Ole.com turut menyoroti kejadian memilukan di Stadion Kanjuruhan, Malang, akhir pekan lalu. Media tersebut mewawancarai eks pemain Arema Cronus, Gustavo Lopez.
Seperti diketahui, ada 125 orang yang dilaporkan meninggal di pasca laga pekan ke-11 Liga 1 2022 antara tuan rumah, Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Hal itu dipicu oleh tindakan dari pihak kepolisian yang menembakan gas air mata untuk membubarkan suporter yang masuk ke lapangan.
Kepada Ole.com, Gustavo Lopez mengatakan kejadian akhir pekan lalu adalah yang paling besar di sepak bola Indonesia. Sebelumnya sering terjadi gesekan, tapi tidak separah tahun ini.
Gustavo juga menyebut fanatisme sepak bola di Indonesia terkadang jauh lebih 'gila' dibanding di negara kelahirannya, Argentina.
"Ya, ada banyak fanatisme. Jika kita bandingkan dengan Argentina, di sini lebih fanatisme," kata Gustavo.
"Saya harus bermain di laga klasik (derby Jatim) dan memasuki lapangan dengan tank perang, bermain dan secara otomatis ketika wasit meniup peluit akhir, kembali naik tank perang dengan jersey dan langsung menuju hotel, tanpa mandi atau apapun," imbuhnya.
Gustavo pernah bermain untuk Arema Cronus (sebelum jadi Arema FC) pada musim 2013/2014.
Dia mengatakan klub-klub yang berada di kota yang saling berdekatan memang punya rivalitas tinggi dan terkadang terjadi bentrokan.
Pria yang kini menjabat sebagai direktur teknik Persela Lamongan itu mengakui sulit untuk memahami dan mencari akar dari rivalitas klub-klub di Indonesia.
"Mencari penjelasan secara kultural memang sulit karena Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim. Biasanya hal-hal seperti ini tidak terjadi kecuali peristiwa sekarang ini," jelas Gustavo saat dikonfirmasi soal alasan fanatisme dan rivalitas klub Indonesia.