Liga Indonesia

Liga 1: Temui Menpora di Jakarta, Panpel Persis Solo Usul Penggunaan Polisi Pariwisata

Jumat, 7 Oktober 2022 09:15 WIB
Penulis: Nofik Lukman Hakim | Editor: Indra Citra Sena
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.
Evaluasi Kanjuruhan

Ginda justru punya ide, unsur Polri yang dilibatkan tak hanya dari unsur lapangan, melainkan juga unsur polisi pariwisata. Solusi ini mengikuti tren di mana sepak bola bukan lagi sekadar olahraga.

"Kita sepakat sepak bola itu bukan hanya olahraga, dan sudah menjadi pariwisata. Ada banyak penonton yang mengajak keluarga. Jadi, polisi yang datang bukan dari lapangan (Polri) saja. Polisi pariwisata juga bisa dilibatkan," ucap Ginda.

Dalam Tragedi Kanjuruhan, salah satu yang menjadi penyebab banyak korban berjatuhan adalah terkuncinya pintu 13. Suporter berdesak-desakan ingin keluar dari tribun ketika mulai sesak napas akibat terpapar gas air mata.

Ternyata, dalam upaya keluar itu, justru pintu 13 terkunci. Ginda menegaskan, selama Persis Solo menggelar partai kandang, petugas internal selalu berjaga.

"Petugas internal itu sekitar 100 orang, yang meliputi pintu keluar masuk penonton. Lalu, di pintu ring satu, juga ada yang khusus scan tiket. Masih ada lagi 30 orang yang mengarahkan penonton ke tribun," paparnya.

"Jadi, kami bisa sampaikan bahwa pintu Manahan itu selalu terbuka, terutama menjelang peluit selesai," imbuh Ginda Ferachtriawan.