Menyelami Rivalitas El Clasico dalam Kisah Pengkhianatan Luis Figo
Figo memasuki musim 1999/00 dengan kondisi mental dan kemampuan yang semakin matang. Apalagi Figo sudah dua musim berturut mampu mengantarkan Barcelona merajai pentas LaLiga Spanyol.
Tentu saja Figo dkk. ingin meneruskan kejayaan di Liga Spanyol tersebut. Kiprah awal musim pun tampak menjanjikan, enam pekan pertama Blaugrana sukses menuai lima kemenangan.
Jalan terjal baru benar-benar terasa saat Liga Spanyol menyentuh pekan ke-10. Bermula dari kekalahan 1-2 dari Deportivo La Coruna, Barcelona malah mendera hasil serupa dalam tiga laga setelahnya.
Tabel klasemen pekan ke-15, Barcelona terperosot menuju urutan enam. Barcelona makin sulit mengejar Deportivo yang sejak pekan ke-12 konsisten mengisi puncak klasemen.
Harapan sebenarnya terbuka kembali pada pekan ke-29. Barcelona naik ke urutan dua usai mengalahkan Deportivo 2-1, yang mana Figo menyumbangkan satu assists.
Namun sembilan laga sisa Liga Spanyol gagal dimaksimalkan Barcelona. Sampai musim 1999/00 rampung Barcelona tetap setia menempati urutan dua, kalah saing dengan Deportivo yang akhirnya keluar sebagai juara.
Intinya, rapor Barcelona untuk musim 1999/00 benar-benar gagal total. Selain tak bisa mempertahankan status juara bertahan Liga Spanyol, Barcelona secara keseluruhan juga hancur lebur karena nihil gelar.
Kegagalan Barcelona jelas turut menjadi kegagalan Figo. Mungkin terkesan tidak adil, sebab Figo sepanjang musim 1999/00 sejatinya tampil sangat apik.
Figo main 51 kali berbagai ajang dengan torehan 14 gol serta 17 assists. Selama berkostum Barcelona, catatan ini merupakan yang terbaik bagi Figo dalam hitungan satu musim (sebelumnya Figo tidak pernah menorehkan dua digit secara berbarengan terkait koleksi gol dan assists).
Melihat melejitnya performa Figo, ada harapan besar bahwa musim 2000/01 prestasi Barcelona akan membaik. Terlebih Barcelona bakal menggelar pemilihan umum Presiden klub pada musim panas 2000. Barcelona berpotensi punya Presiden baru yang memberikan banyak perubahan positif untuk tim.
Sayangnya, semua harapan tentang kebersamaan Figo dan kesuksesan Barcelona di musim 2000/01 harus pupus, bahkan sebelum kompetisi dimulai. Figo tiba-tiba dinyatakan resmi pindah ke Real Madrid, terhitung mulai tanggal 24 Juli 2000.
Para pendukung Barcelona jelas terkejut sekaligus merah atas kepindahan Figo. Tak pernah diduga Figo pergi ketika publik Camp Nou sedang amat sayang kepadanya.
Kian miris, klub yang dipilih Figo sebagai pelabuhan baru adalah Real Madrid, tim yang notebene rival abadi Barcelona. Wajar apabila banyak supporter Barcelona yang kemudian menjuluki Figo sebagai “Pengkhianat!”.