Liga Indonesia

Ria Oktaviola, Korban Tragedi Kanjuruhan yang Merindukan Suasana Sekolah

Selasa, 25 Oktober 2022 18:55 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Herry Ibrahim
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Cerita Ria Oktaviola salah satu korban selamat tragedi Kanjuruhan yang kini merindukan suasana sekolah. Ria masih mengalami sakit dibagian mata akibat gas air mata. (Foto: Ian Setiawan/INDOSPORT) Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Cerita Ria Oktaviola salah satu korban selamat tragedi Kanjuruhan yang kini merindukan suasana sekolah. Ria masih mengalami sakit dibagian mata akibat gas air mata. (Foto: Ian Setiawan/INDOSPORT)

INDOSPORT.COM - Suara bel, upacara bendera, baris berbaris hingga arahan pelajaran dari guru. Begitu lah suasana kegiatan sekolah yang sangat dirindukan oleh Ria Oktaviola.

Ya, perempuan berusia 16 tahun itu belum lagi aktif mengikuti kegiatan sekolah secara kontinyu sejak menjadi satu dari ratusan korban dalam Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (01/10/22) lalu.

Okta, sapaan karibnya, hanya bisa berkomunikasi saja dengan semua temannya berikut materi pelajaran dari sang guru di sekolah.

"Baru Senin (24/10/22) kemarin saya sekolah, setelah tiga minggu absen karena masih sakit sejak pulang dari Kanjuruhan," kata Okta saat dikunjungi INDOSPORT, Selasa (25/10/22).

Pada siang mendung itu pun, Okta harus absen karena harus menjalani pemeriksaan ke klinik mata yang berada di Kepanjen, Kabupaten Malang.

Hal itu karena Okta masih mengalami iritasi pada kedua matanya. Hingga menjelang satu bulan, retina mata yang seharusnya putih, masih terdapat bercak merah tanda pendarahan.

"Mata saya perih terkena gas air mata. Saat awal-awal kejadian, (warna) merah ini rata (hampir) tidak ada putihnya," ujar siswi Kelas 1 SMA Islam Kepanjen itu.

Kondisinya memang sudah semakin baik sejak tragedi kelam itu terjadi pada 24 hari yang lalu. 

Penglihatannya sudah normal, tidak membayang, hanya tersisa sejumlah bercak akibat pendarahan pada matanya.

Beruntung, pihak sekolah juga membantu proses pemulihannya dengan memberinya kelonggaran untuk absen sepanjang masih menjalani perawatan di rumah.

"Satu minggu pertama (sejak kejadian), badan saya sakit semua, ya tangan dan kaki juga. Tidak bisa apa-apa hanya bisa berbaring," keluh Okta.