Liga Indonesia

Soal KLB PSSI Pasca Tragedi Kanjuruhan, Dali Tahir Ajak Semua Elemen Ikuti Aturan

Selasa, 25 Oktober 2022 22:25 WIB
Penulis: Zainal Hasan | Editor: Subhan Wirawan
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ketua Tim Penyusun Statuta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Dali Tahir turut merespon dorongan untuk dilakukannya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ketua Tim Penyusun Statuta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Dali Tahir turut merespon dorongan untuk dilakukannya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI.

INDOSPORT.COM - Ketua Tim Penyusun Statuta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Dali Tahir yang juga mantan anggota Komite Etik FIFA dan pendiri Liga Galatama turut merespon dorongan untuk dilakukannya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pasca tragedi Kanjuruhan. 

Dali Tahir menilai ada kemarahan yang menyembul di sana dan dia sangat memahami, sebagai mantan praktisi sepakbola nasional.

Dali yang sudah mengalami berbagai momen krusial di organisasi sepakbola yang usianya jauh lebih tua dari republik. Jadi, ia paham betul situasinya.

"Saya menghargai pandangan tersebut. Tapi, maaf, Ali Sadikin yang di KLB 1980-an awal, tidak membuat PSSI menjadi lebih baik,"

"Nurdin Halid digempur, didemo selama delapan bulan, juga tidak membuat PSSI menjadi baik. Mengapa? Karena dasar penggulingan itu emosi yang berlebih," ucap Dali Tahir.

Sebagai mantan praktisi sepakbola nasional, ia mengaku sangat menghargai itu. Namun, sebagai mantan anggota Komite Etika FIFA, ia juga mengajak melihat semua persoalan dengan jernih dan juga ingin mengajak semua pihak untuk taat aturan. 

"Ada hukum positif. Kejarlah para pembuat masalah. Saat ini ada enam tersangka, apakah sudah cukup atau masih akan bertambah? Terus pantau itu," jelasnya.

Selain itu, ada hukum sepakbola yakni statuta FIFA dan PSSI. Di sana diatur cara bagaimana mekanisme KLB.

Taati itu dengan baik dan simpan emosi serta kemarahan di dalam saku. Ratusan korban Tragedi Kanjuruhan itu harus dihormati, bukan dijadikan yang berbeda. 

"Karena, jangankan 134 jiwa, satu jiwa melayang tak akan sebanding ditukar dengan jabatan Ketum PSSI, jabatan exco. Satu jiwa terlalu besar untuk ditukar dengan apa pun," tegasnya.