3 Pemain Muda Super Hebat Milik Akademi Manchester United yang Gagal Jadi Pemain Bintang
Ravel Morrison adalah pemain sepak bola asli kelahiran kota Manchester. Ia masuk ke akademi Man United setelah mengesankan hati pemandu bakat Setan Merah, Phil Brogan.
Selama menimba ilmu di akademi, bakat Morrison benar-benar memukau. Ia satu generasi dengan Jesse Lingard dan Paul Pogba, tapi bakatnya-lah yang paling menonjol.
Tekniknya menggiring sungguh memukau, seakan mampu mengelabui lawan dengan mudah. Berbekal kemampuan seperti itu, tentu Morrison digadang-gadang punya masa depan cerah sebagai gelandang serang top dunia.
Morrison pun mendapat kontrak profesional dari pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, tepat di usianya yang ke-17, atau pada 2 Februari 2010. Ia kemudian diberi kesempatan debut delapan bulan setelahnya dalam laga Piala Liga kontra Wolverhampton Wanderers.
Testimoni mengenai bakat super menjanjikan yang dimiliki Morrison ada cukup banyak. Pertama, bomber tersubur MU sepanjang masa, Wayne Rooney, pernah memberikan pujian setinggi langit atas kemampuan Morrison.
"Aku ingat melihat Ravel Morrison dan berpikir bahwa ia memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan di posisinya," tulis mantan striker MU Wayne Rooney di Sunday Times.
Rio Ferdinand, mantan bek tengah Manchester United, turut mengeluarkan testimoni serupa. Ferdinand tak ragu menyebut kalau suatu hari nanti Morrison akan menjadi pemain mahal yang harganya menembus 100 juta paun.
"Saya rasa Ravel bisa menjadi pemain seharga 100 juta paun," kata Ferdinand.
Lebih jauh, Ferdinand ingat betul momen ketika Ferguson mengajaknya bersama Rooney menilai kualitas Morrison. Sang pelatih asal Skotlandia menyebut bakat Morrison jauh lebih hebat ketimbang Rooney dan Ryan Giggs semasa masih muda.
"Aku ingat dahulu Ferguson pernah memanggil saya dan Rooney. Dia lalu menyebut, lihatlah bakat anak ini (Morrison), lebih hebat ketimbang kamu Rooney saat kamu masih muda dulu, lebih hebat dibanding kamu juga Rio, juga lebih hebat daripada Ryan Giggs, ini akan jadi bakat anak muda terbaik yang pernah kamu lihat," ujar Ferdinand sembari mengulangi ucapan Ferguson, seperti dilansir dari Daily Mail.
Namun segala kemewahan bakat Morrison tak pernah tumbuh berkembang secara maksimal. Morrison cuma tampil tiga kali bersama tim senior Man United dan akhirnya dilepas ke West Ham United pada 2012.
Morrison tetap tak bisa membuktikan kualitas diri setelah meninggalkan Man United. Padahal Morrison mendapatkan klub yang hitungannya lumayan, selain West Ham ada pula Lazio.
Karier Morrison akhirnya cuma sekedar pindah-pindah klub saja. Morrison yang kini baru berusia 28 tahun, terakhir tercatat bermain untuk klub Liga Belanda, ADO Den Haag sedari September 2020 sampai Januari 2021.
Situasinya sekarang Morrison tidak memiliki klub alias menganggur. Mungkin penyebabnya masih sama seperti ketika ia gagal di Manchester United, yakni sikapnya yang super buruk.
Memang Morrison punya bakat yang sangat hebat. Namun semua itu percuma kalau sikap Morrison tidak terkontrol dan seenaknya saja.
"Dia brilian. Dia percaya diri. Dalam semenit, dia mengolongi Nemanja Vidic tiga kali dalam latihan. Tapi dia mengalami kesulitan dengan gaya hidup dan lingkungan, yang sebenarnya menyedihkan buatnya, karena saat itu aku melihat Pogba, Lingard, dan pemain lain terus tumbuh, dan awalnya Ravel bahkan lebih jago dari mereka semua dengan keunggulan yang jauh sekali," ungkap Rooney.
Kendali atas emosinya yang sulit dibenahi. Mungkin itu faktor pengaruh masa kecil Morrison yang tumbuh besar di pinggiran Manchester. Sekedar informasi, kehidupan pinggiran kota Manchester sering digambarkan amat keras dan brutal.
Ferguson yang menangani langsung Morrison, sebenarnya amat sedih melihat situasi eks anak asuhnya tersebut. Pandangan Ferguson amat yakin Morrison sejatinya dapat menjadi salah satu pemain terbaik dunia, andai dia tak banyak membuat masalah di luar lapangan.
"Ia memiliki talenta alami seperti pemain muda lain yang pernah kami gaet, tapi ia terus saja kena masalah. Sulit sekali menjualnya ke West Ham pada Januari 2012 karena ia bisa menjadi pemain fantastis. Tapi setelah periode tertentu di era sejumlah pemain, masalah di luar lapangan terus bertambah dan kami tak punya banyak pilihan selain memutus hubungan," kata Ferguson.