Kisah Tasmania Berlin, Klub dengan Rekor Abadi di Bundesliga Jerman: Mustahil Disamai Bayern Munchen
Datang ke Bundesliga 1965/66 dengan status tim amatir, bukanlah perkara mudah bagi para penggawa Tasmania Berlin. Seisi skuat Tasmania Berlin tidak sepenuhnya berprofesi sebagai pesepak bola, mereka pun diharuskan meninggalkan pekerjaan utamanya demi berlaga di Bundesliga.
"Klub ingin kami melepaskan pekerjaan kami dalam semalam," kenang Hans-Günter Becker, yang menjadi kapten tim.
"Saya kemudian menginformasikan atasan saya di kantor bahwa saya hanya bisa bekerja setengah hari," lanjutnya.
Perubahan besar memang terjadi dalam tubuh tim, segalanya mendadak dikemas secara profesional. Bahkan Tasmania Berlin berani memberikan kontrak kepada pemain top era itu, Horst Szymaniak, yang notabene eks bintang Inter Milan dan jebolan Timnas Jerman Piala Dunia 1958.
Heran juga mengapa Horst mau menerima kontrak tersebut. Percayalah, Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Pele, atau Maradona sekalipun, tak akan mampu tampil maksimal dengan tim amatir di kompetisi profesional.
Tak heran kalau surat kabar setempat meluncurkan artikel yang menyindir keputusan Horst. Isi artikel menyebut Horst 'bermain tidak pada tempatnya'.
Laga pembuka kompetisi, Tasmania Berlin bersua Karlsruhe di Olympiastadion Herta. Laga tersebut konon dihadiri sekitar 81 ribu orang penonton.
Pertandingan tanpa diduga berjalan manis untuk Tasmania Berlin. Papan skor akhir laga menunjukkan kemenangan Tasmania Berlin 2-0. Kedua gol kemenangan Tasmania Berlin diborong pemain bernama Wolf-Ingo Usbeck.
Optimisme tentu muncul berkat kejutan laga perdana. Namun yang terjadi selanjutnya amat miris dan cenderung begitu memalukan.
Tak sampai bulan November 1965, Tasmania Berlin hancur lebur dikalahkan secara beruntun oleh Borussia Mönchengladbach, Hamburg, Hannover, Cologne dan Nuremberg. Parahnya, jumlah kebobolan Tasmania Berlin menyentuh angka 28 gol.
Pelatih yang bertugas sejak awal musim, Franz Linken, mengundurkan diri pasca Tasmania Berlin dihancurkan Cologne 6-0. Posisi Franz Linken selanjutnya digantikan Heinz-Ludwig Schmidt.
Tapi Heinz-Ludwig Schmidt akhirnya tahu betapa tidak kompetennya skuat yang dimiliki Tasmania Berlin. Dua laga awal menjalankan tugas, Heinz-Ludwig Schmidt mendapati kenyataan selalu kalah, kebobolan 12 gol, tanpa bisa mencetak satu gol pun.
Penonton yang datang ke Olympiastadion Hertha untuk menyaksikan Tasmania Berlin kemudian merosot drastis. Kalau di laga pembuka ada sekitar 81 ribu penonton, pada bulan Januari 1966 dalam laga kontra Borussia Mönchengladbach, jumlah suporter yang datang turun sebanyak 99% atau hanya 857 orang saja.
Kondisi demikian ternyata menjadi rekor pertandingan Bundesliga dengan jumlah penonton tersedikit sepanjang masa (dalam situasi normal sebelum pandemi Covid-19). Rekor pertama dipecahkan Tasmania Berlin. Ya, kami menyebut rekor pertama, sebab ada rekor-rekor lain yang nantinya ikut dipecahkan.
Meski jumlah penontonnya sedikit, Tasmania Berlin berhasil menciptakan kejutan dengan menahan imbang Borussia Mönchengladbach 0-0. Hal yang jelas memalukan bagi Borussia Mönchengladbach, sebab kala itu tim diperkuat pemain-pemain bintang seperti Gunter Netzer dan Berti Vogts.
"Saya belum pernah melihat tim saya bermain begitu buruk," kata pelatih Gladbach, Hennes Weisweiler tentang ketidakmampuan timnya untuk mengalahkan Tasmania Berlin.
Memasuki bulan Maret 1966, Tasmania Berlin menerima salah satu kekalahan paling menyakitkan dalam sejarah Bundesliga, dibantai 0-9 oleh Meidericher SV (sekarang dikenal sebagai MSV Duisburg). Beberapa minggu setelah dibantai Meidericher SV, Tasmania Berlin kalah dari Eintracht Frankfurt 0-3.
Kekalahan dari Eintracht Frankfurt membuat jumlah kebobolan Tasmania Berlin mencapai angka 100 gol, padahal musim belum berakhir. Sampai sekarang, belum ada tim Bundesliga Jerman yang pernah menderita kebobolan gol sebanyak ini.
Rangkuman besarnya, setelah kemenangan laga perdana, Tasmania Berlin selalu gagal menuai kemenangan dalam 31 laga secara beruntun. Mereka baru bisa menang lagi dalam laga pekan ke-33 kontra Borussia Neunkirchen yang berakhir 2-1. Tambahan, tak bisa menang beruntun 31 laga adalah rekor sepanjang masa Bundesliga (rekor berikutnya).
Klasemen akhir musim, Tasmania Berlin menempati juru kunci dan otomatis terdegradasi. 34 laga yang dimainkan, Tasmania Berlin cuma mengoleksi 8 poin, hasil 2 menang, 4 imbang, dan 28 kekalahan, serta kebobolan 108 kali.
Catatan keseluruhan Tasmania Berlin sepanjag musim 1965/66 menjadi rekor terburuk sepanjang sejarah Bundesliga. Kami sudah bilang, tim hebat sekelas Bayern Munchen pun pasti mustahil mendekati apalagi memecahkan rekor milik Tasmania Berlin.
Tim yang paling mendekati hanya Schalke 04 untuk rekor puasa kemenangan terlama. Bila Tasmania Berlin menderita puasa kemenangan sebanyak 31 laga beruntun, Schalke menorehkan 30 laga.
Kisah Schalke sejatinya tercipta pada dua musim berbeda yang digabungkan, 2019/20 dan 2020/21. Artinya, tetap tak ada tim di kompetisi kasta tertinggi manapun yang bisa menderita puasa kemenangan 31 kali beruntun dalam semusim seperti Tasmania Berlin.