Tersingkir di Piala Dunia 2022, Bukti Inggris Hanya 'Ayam Sayur' di Bawah Southgate
Sejak ditunjuk sebagai pelatih Timnas Inggris pada 2016 menggantikan Sam Allardyce, Gareth Southgate sejatinya membuat negaranya mencapai torehan apik.
Torehan apik ini terlihat dari progres Inggris sejak kedatangannya pascakegagalan di Euro 2016, yakni kalah mengikuti empat kompetisi major atau kompetisi besar.
Kompetisi major pertama Southgate bersama Inggris adalah Piala Dunia 2018. Saat itu, The Three Lions mampu melebihi ekspektasi dengan lolos ke semifinal dan menduduki peringkat keempat.
Berlanjut ke UEFA Nations League musim 2018/19. Pelatih berusia 52 tahun itu kembali melebihi ekspektasi dengan membawa Inggris menduduki peringkat ketiga, di belakang Portugal dan Belanda.
Dua tahun berselang, eks pelatih Middlesbrough ini membawa Inggris mencapai final pertamanya di kompetisi Euro yang berlangsung pada 2021 lalu.
Nahas, The Three Lions kalah di hadapan pendukungnya sendiri di Wembley Stadium dari Italia lewat drama adu penalti.
Pencapaian-pencapaian ini membuat Southgate dipuja. Pasalnya, sebelum dirinya tak ada pelatih Inggris yang menunjukkan kemajuan pesat seperti itu.
Tapi pencapaian apik ini tak berarti apa-apa. Babak semifinal Piala Dunia 2018, semifinal UEFA Nations League 2018/19, dan final Euro 2020 ini hanya sebuah progres, bukan hasil nyata.
Namun tetap saja federasi sepak bola Inggris atau FA begitu bebal dan memberikannya kontrak baru yang membuatnya akan menukangi The Three Lions hingga Euro 2024.
Nahas, kontrak baru ini bukan membuat Inggris menunjukkan progresnya kembali dan justru melempem. Puncaknya adalah tersingkir dari Piala Dunia 2022.