Bola Internasional

Selangkah Lagi, Rusia Gabung Piala Asia dan Berpotensi Jadi Lawan Timnas Indonesia

Kamis, 15 Desember 2022 18:13 WIB
Penulis: Serly Putri Jumbadi | Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Grafis:Frmn/Indosport.com
Dewan Olimpiade Asia (OCA) beri lampu hijau Rusia dan Belarusia gabung di Asia, berpotensi jadi lawan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023. Copyright: © Grafis:Frmn/Indosport.com
Dewan Olimpiade Asia (OCA) beri lampu hijau Rusia dan Belarusia gabung di Asia, berpotensi jadi lawan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023.

INDOSPORT.COM – Dewan Olimpiade Asia (OCA) memberikan lampu hijau kepada Rusia dan Belarusia untuk bergabung dengan Asia di ajang olahraga internasional sehingga berpotensi jadi lawan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023.

Diketahui, Rusia dan Belarusia dilarang Asosiasi Sepakbola Internasional (FIFA) dan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) untuk berlaga di kompetisi dibawah naungan UEFA.

Timnas Rusia juga gagal berlaga di Piala Dunia 2022 padahal telah lolos kualifikasi. Tentu, hal ini disebabkan oleh invasi negara Vladimir Putin atas Ukraina beberapa waktu lalu.

Namun, ada kabar positif untuk olahraga Rusia, belum lama ini Dewan Olimpiade Asia (OCA) akan memberikan fasilitas untuk Rusia dan Belarusia untuk berlaga di beberapa kompetisi.

Sebagaimana dilansir dari akun Twitter @theaseanfootball pada Kamis (15/12/22), negara yang kerap dijuluki Negeri Beruang Merah itu berpotensi untuk bergabung dengan OCA.

“Pada KTT Olimpiade ke-11, Dewan Olimiade Asia (OCA) menawarkan untuk memfasilitasi partisipasi atlet Rusia dan Belarusia dalam kompetisi internasional di Asia,” cuit @theaseanfootball.

Presiden Asosiasi Komite Olimpiade Nasional (ANOC), Robin Mitchell menyambut langkah OCA, dan akan membahas dengan IOC pada pertemuan selanjutnya.

Sementara itu, Menteri Olahraga Rusia, Oleg Matytsin mengaku belum memberikan keterangan secara pasti, namun mengapresiasi dengan positif ajakan OCA.

“Semakin banyak pernyataan yang masuk akal terdengar di komunitas olahraga dunia berkenaan dengan politisasi olahraga, sehingga kompetisi internasinal turun karena absennya Rusia dan Belarusia,” ungkap Matytsin.

“Saya tidak ingin membuat kesimpulan tergesa-gesa, keputusan tetap ada di Komite Olimpiade Internasional,” sambungngnya.