Alasan Kenapa Rumput Sintetis jadi Musuh Utama Marc Klok cs di Laga Piala AFF Filipina vs Indonesia
Temuan tersebut dilaporkan setelah dilakukan pengamatan pada 797 sampel pertandingan. Variasi cederanya sangat beragam mulai dari engkel, lutut, bahu, kepala, ligamen, bahkan gegar otak. Hanya cedera panggul saja yang lebih sering terjadi di lapangan alami.
Sejak 2009 pun timbul kecurigaan juga jika lapangan sintetis dapat menyebabkan kanker dan sejumlah penyakit lain. Semua bermula dari dua kiper tim sepakbola University of Washington divonis menderita kanker kelenjar getah bening di usia 18 tahun.
Salah satu kiper tersebut sudah berlatih menjadi penjaga gawang sejak usia 12 tahun dan bersinggungan dengan rumput sintetis sebanyak 20 jam tiap pekannya.
Material dari remah karet kemudian diduga jadi penyebab. Selain level kebersihannya yang buruk, rupanya ban sebagai bahan baku pembuatannya pun memang mengandung zat karsinogenik alias pemicu kanker.
International Agency of Cancer Research menemukan arsenik, benzene, cadmium, dan juga nikel dari ban untuk membuat remah karet. Unsur berbahaya tersebut sudah diketahui sejak popularitas lapangan sintetis bermula namun mereka tidak menyangka efeknya akan separah ini.
Maka dari itu dianjurkan untuk membersihkan diri dengan baik setelah bermain di lapangan sintetis. Termasuk skuad timnas Indonesia nanti.
Anak-anak asuh Shin Tae-yong padahal sudah diuji dengan adaptasi permukaan yang berbeda dan masih harus memikirkan kebersihan.
Nama-nama seperti Marc Klok, Ricky Kambuaya, dan Marselino Ferdinan sepertinya jadi yang harus paling waspada akan rumput sintetis. Posisi mereka sebagai gelandang pengatur permainan membuat ketiganya akan paling sering menguasai bola sehingga rawan akan cedera dan blunder.
Namun ketiganya pasti bisa beradaptasi dengan baik dan iming-iming tiket semifinal Piala AFF 2022 dapat memotivasi mereka lebih jauh.
Rizal Memorial tidak akan jadi venue yang ramah namun tiga poin tetap waji didapatkan di laga Filipina vs Indonesia.