Kisah Ten Hag yang Jarang Diketahui, Tolak jadi Crazy Rich Belanda Demi Bisa Latih Manchester United
Namun Ten Hag sejak awal sudah bertekad untuk tidak berpangku tangan menunggu warisan orangtuanya dan memilih mengejar ambisinya sendiri, sepakbola.
Kans menjadi konglomerat bergelimang harta dengan masa depan terjamin ia tinggalkan tepat setelah ia memutuskan menjadi penggiring kulit bundar yang kemungkinan suksesnya sangat kecil.
Hanya saja Ten hag ternyata bisa sukses menjadi pemain pro. 100% kariernya dihabiskan di Belanda bersama De Graafschap, FC Utrecht, RKC Waalwijk, dan terutama FC Twente.
Setelah pensiun tepat dua dekade lalu, pria yamg kini berusia 52 tahun itu belum juga jengah dengan sepakbola. Kiprahnya di lapangan hijau diteruskannya dengan beralih menjadi manajer.
Pengalaman menukangi Go Ahead Egales, tim cadangan Bayern Munchen, FC Utrecht, dan Ajax Amsterdam kemudian bisa membawa Erik ten Hag ke Liga Inggris untuk mengasuh Manchester United.
Meski dikenal sebagai salah satu kesebelasan terbesar di dunia, namun United sejak 2013 mengalami penurunan prestasi. Banyak pelatih setelah Sir Alex Ferguson pensiun mengklaim jika gerak mereka di Old Trafford sangat terbatas sehingga tidak bisa meraih sukses.
Ten Hag tahu betul soal masalah ini sehingga memberikan syarat pada United jika ia hanya ingin datang ke kota pelabuhan andai diberi kontrol ekstra layaknya saat bersama Ajax.
Permintaan tersebut disanggupi oleh klub dan akhirnya Ten Hag bisa perlahan mengobati borok mengakar di tubuh United.
Tidak cuma diberi wewenang untuk mendisiplinkan skuad senior seperti kala mendepak Cristiano Ronaldo pasca timbul perpecahan, sosok yang mudah dikenali berkat kepala plontosnya itu juga siap terjun untuk mengasuh tim akademi.
Ya, benar. Anda tidak salah baca karena Ten Hag secara sukarela meminta untuk dijadikan juga manajer bagi tim U-23 Manchester United guna mempermudah menjebatani pemain muda promosi ke tim utama dengan menanamkan filosofi gubahannya sejak dini.