Habiskan Lebih dari Rp7 Triliun Musim Ini, Mengapa Chelsea Masih Bisa Lolos FFP?
Berdasarkan penjelasan dari Kieran Maguire, dinamika uang yang masuk dan keluar dari klub merupakan hal dasar yang memengaruhi Financial Fair Play (FFP).
Dia menyebutkan bahwa salah satu kelemahan FPP karena didasarkan pada angka akuntansi, meskipun memanipulasi hal tersebut bukanlah sebuah kata yang tepat.
“Jika kita melihat Chelsea, apa yang Anda temukan adalah selama dekade terakhir mereka telah menjual pemain dengan keuntungan 658 juta pounds,” kata Kieran Maguire dikutip via Football London.
“Ketika kita memikirkan soal uang, maka kita akan memikirkan uang tunai. Tetapi, untuk FFP itu datang ke amortisasi seperti ketika mendatangkan Mykhaylo Mudryk,” sambungnya.
Sebagai tambahan informasi, amortisasi dalam istilah akuntansi merupakan pengalokasian biaya aktiva yang dibayarkan secara teratur hingga terbayar pada saat jatuh tempo.
“Jadi, jika saya mendatangkan pemain dengan harga 80 juta pound dengan kontrak tujuh tahun, Anda akan membagi biaya itu melalui amortisasi dan berakhir dengan biaya lebih dari 11 juta pounds,” jelasnya.
“Ketika Anda menjual pemain, semua keuntungan masuk ke perhitungan dengan segera. Tetapi, ketika membeli pemain, biaya tersebut tersebar selama masa kontrak (per tahun),” pungkasnya.
Hanya saja, rencana ini tentu juga memiliki risiko yang besar, di mana Chelsea harus mampu memaksimalkan pemain dengan kontrak panjang tersebut.
Dengan demikian, meskipun hingga saat ini Chelsea masih aman dari pelanggaran FFP. Tetapi, jika gagal untuk masuk ke Eropa bukan tak menutup kemungkinan segalanya bisa menjadi lebih buruk pada bursa transfer musim panas mendatang.
Sumber: Football London