INDOSPORT.COM - Jajaran manajemen Arema FC tengah mempertimbangkan eksistensi klub setelah terjadi kerusuhan dalam demo tragedi Kanjuruhan di depan Kantor Arema FC, Minggu (29/1/23).
Pasca tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan nyawa, Arema FC terus dibayangi situasi sulit. Banyak pihak menuntut agar klub asal Malang itu mendapat hukuman berat.
Tak hanya itu, Arema FC kini juga diganjar sanksi sosial dari seluruh elemen sepak bola Indonesia. Mereka juga melarang Arema FC di seluruh kota di Indonesia untuk bertanding di segala kompetisi.
Aksi penolakan ini sempat diwarnai penyerangan bus tim Singo Edan saat bertandang ke markas PSS Sleman, Kamis (26/1/23) lalu.
Bak jatuh ketimpa tangga, selain Arema FC kalah 0-2 atas PSS, bus yang dinaiki tim mendapat serangan dari oknum saat hendak meninggalkan stadion. Meski demikian, manajemen Singo Edan tak melayangkan protes.
Arema FC tidak hanya ditolak oleh seluruh suporter di Indonesia, mereka juga diserang habis-habisan oleh pendukungnya sendiri, Aremania.
Hal ini tidak lepas dari penanganan kasus tragedi Kanjuruhan, Aremania menuntut agar manajemen PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi (PT AABBI) untuk lebih fokus ke penyelesaian kasus.
Ketimbang harus mengikuti kompetisi Liga 1 Indonesia, Aremania juga menuntut agar jajaran manajemen PT AABBI ikut andil dalam penyelesaian tragedi Kanjuruhan.
Kecamuk ini rupanya mulai direspon oleh pihak manajemen, saat ini petinggi Arema FC berkumpul untuk membahas masa depan klub.
"Jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak," kata Tatang Dwi Arifianto, Komisaris PT AABBI, dikutip dari laman resmi Arema FC.