INDOSPORT.COM - Arema FC awalnya melempar statement siap mundur dari Liga 1 dan membubarkan diri. Namun, pengamat sepak bola, Akmal Marhali meragukannya.
Sejak Tragedi Kanjuruhan yang memakan ratusan korban jiwa, nasib Arema FC seolah terkatung-katung. Liga 1 sempat dihentikan, beberapa pihak juga menjadi tersangka.
Komite Disiplin (Komdis) PSSI menghukum Arema FC larangan bermain di Malang dan hanya boleh menjalani laga kandang usiran dengan jarak 250 km dari homebase mereka.
Masalahnya, Arema ditolak dimana-mana, saat coba meminjam beberapa venue untuk dijadikan tempat laga kandang musim ini.
Bahkan, bus Arema FC juga dilempari oleh oknum selepas pertandingan melawan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Selain itu, Arema FC juga mendapatkan tekanan internal dari suporternya sendiri. Aremania menggelar demonstrasi di depan Kantor Arema, yang berujung kericuhan.
Serelah insiden bertubi-tubi, Arema mulai mempertimbangkan untuk membubarkan diri. Hal itu disampaikan oleh Komisaris PT AABBI, Tatang Dwi Arfianto dalam rilisnya.
"Tentu kami merespon atas insiden ini. Direksi dan manajemen berkumpul, membicarakan langkah berikutnya seperti apa," ungkap Tatang.
"Jika sebelumnya kita memikirkan banyak masyarakat Malang yang hidup dari sepak bola, utamanya Arema FC, seperti UMKM, pedagang kaki lima sampai usaha kecil lainnya."
"Tapi jika dirasa Arema FC ini dianggap mengganggu kondusifitas, tentu ada pertimbangan tersendiri terkait eksistensinya atau seperti apa, tapi kami tetap menyerahkan kepada banyak pihak."