INDOSPORT.COM - Investigasi terkait dugaan pelanggaran finansial Juventus oleh Liga Italia (Serie A) dan FIGC menghadirkan info terbaru.
Kabarnya para petinggi I Bianconeri sendiri mengakui jika keuangan mereka sangatlah tidak tertata. Pemberian gaji berlebihan untuk pemain plus kebijakan kurang maksimal oleh mantan presiden Andrea Agnelli dianggap sebagai penyebabnya.
Dilansir oleh Corriere della Sera, saat ini kejaksaan umum Turin tengah melakukan operasi bernama investigasi Prisma guna mengulik sisi kotor Juventus.
Kasus ini berbeda dari skandal Plusvalenza yang membuat klub asuhan Massimiliano Allegri itu dijatuhi hukuman pemotongan 15 poin di Liga Italia.
Penyelidikan digelar lebih bertujuan untuk membongkar apakah benar jika Juventus telah membuat laporan palsu soal keuangan mereka dan juga memberikan upah lebih besar dari yang dibuka ke publik pada para pemain.
Mantan direktur olahraga tim, Fabio Paratici, dianggap sebagai salah satu figur sentral dalam kasus ini karena tidak becus dalam mengatur pengeluaran Nyonya Tua dalam sebelas tahun masa baktinya (2010-2021).
Pria yang kini berstatus sebagai direktur olahraga Tottenham Hotspur tersebut rupanya gegabah dalam menentukan besaran gaji pemain sehingga penggawa berkualitas medioker saja bisa mengantongi nominal yang membuat mata terbelalak.
"Pemain terburuk kami bisa mendapatkan bayaran setinggi bintang terbaik Atalanta. (Duvan) Zapata bergaji 1,8 juta Euro," beber Federico Cherubini selaku koordinator olahraga Juventus seperti yang dikutip dari Corriere della Sera.
"Andai kami membeli anjing mungkin bisa saja ia akan menerima 3,5 juta Euro. Klub ini terlalu arogan di bursa transfer," lanjutnya lagi.
Borosnya Juventus dalam memberi royalti pada pemainnya memang bukan omong kosong belaka. Meski sudah tidak menjadi juara Liga Italia dalam dua musim terakhir, namun La Vecchia Signora masih jadi klub paling boros dalam bidang ini.