INDOSPORT.COM - Erick Thohir pada Kamis (16/02/23) lalu resmi terpilih sebagai ketua umum PSSI untuk periode 2023-2027 setelah meraup suara mayoritas dalam Kongres Luar Biasa.
Diharapkan pria 52 tahun itu bisa membawa federasi sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik namun tidak dapat dipungkiri jika jabatan anyarnya tersebut di masa lampau lekat dengan orang-orang penuh kontroversi.
Para pendahulu Erick Thohir selalu saja bukan pribadi yang bisa menyatukan opini masyarakat pecinta olahraga kulit bundar dan justru kerap dianggap sebagai sosok yang menghambat prestasi klub dalam negeri maupun timnas Indonesia.
Wajar apabila setiap diadakan KLB, publik selalu berharap akan terpilih juru selamat yang bisa membawakan perubahan positif namun sejauh ini bisa dibilang keinginan tersebut belum pernah tercapai.
Berikut ini adalah daftar 'dosa' dan isu tidak sedap yang beredar di sekitar tujuh orang terakhir yang duduki kursi panas ketua umum PSSI sebelum Erick Thohir. Simak pembahasannya.
1. Nurdin Halid (2003-2011)
Sempat terangkat namanya usai menjadi pengurus PSM Makassar di dekade 90-an, Nurdin Halid pun terpilih untuk menjadi ketua umum PSSI pada 2003 silam namun saat itu tidak ada yang tahu jika ia akan jadi salah satu figur paling kontroversial yang pernah menjabat di sana.
Politisi partai Golkar tersebut berulang kali berurusan dengan hukum dan bahkan masuk bui akibat kasus korupsi pengadaan minyak goreng hingga penyeludupan gula impor ilegal selama menjalanu masa kerjanya.
Nurdin Halid tetap bisa memimpin PSSI meski berada di balik jeruji penjara dan menurut statuta FIFA, tindak ini adalah sebuah pelanggaran. Berulangkai publik melakukan protes namun pria asal Watampone, Sulawesi Selatan, itu bersikeras jika ia tidak bersalah.
Sempat ada hal positif yang lahir di rezim kepemimpinannya dan salah satunya adalah penunjukan Alfred Riedl sebagai pelatih timnas Indonesia yang berujung pada sukses menjadi runner-up Piala AFF 2010.
Sayangnya pencapaian itu justru diklaim Nurdin Halid sebagai buah dari jasa dirinya dan juga Golkar yang mana semakin membuat berang khalayak ramai karena ia sudah mempolitisasi sepakbola.