Daftar 'Dosa' 7 Ketua Umum PSSI Terbaru Sebelum Erick Thohir, Mulai dari Korupsi hingga Match Fixing
Pasca era Nurdin Halid rampung, PSSI kemudian dikepalai oleh Djohar Arifin Husin yang rupanya tidak kalah kontroversial. Mengubah format kompetisi dari Indonesia Super League (ISL) menjadi Indonesia Primer League (IPL) yang diikuti dengan pergantian operator adalah dosa terbesarnya.
Keputusan tersebut membuat sepakbola Indonesia jatuh ke titik terendah dimana dualisme dimana-mana. Tidak cuma PSSI saja yang terbagi, namun juga liga serta sejumlah klub di dalamnya.
Skandal pengaturan skor juga kian menjamur pada masa ini sehingga AFC dan FIFA sampai melakukan intervensi. Djohar Arifin Husin pun harus mengakhiri kariernya di dunia sepakbola dengan menerima sanksi dilarang untuk beraktivitas lagi dalam lingkungan PSSI, AFC, dan FIFA seumur hidup.
3. La Nyalla Mattalitti (2015-2016)
La Nyalla Mattalitti punya banyak dinamika di PSSI. Ia pernah menduduki jabatan Exco hingga sempat mengketuai Komisi Penyelamat PSSI yang bertujuan melawan rezim Djohar Arifin Husin.
Pemberitaan negatif tentangnya pun tidak sedikit. Ia pernah dijadikan tersangka kasus korupsi dana hibar Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur tahun 2011-2014. Namanya juga terseret di kasus pengadaan proyek Rumah Sakt Unair meski tidak sampai jadi tersangka.
Maka dari itu banyak yang tidak ingin melihat La Nyalla Mattalitti kembali duduk di kursi ketua umum PSSI saat politisi yang juga mengemban amanah sebagai ketua DPD RI mencalonkan diri untuk periode 2023-2027.
4. Edy Rahmayadi (2016-2019)
Tidak cukup satu buku untuk membahas soal kontroversi Edy Rahmayadi. Bahkan untuk yang terjadi semasa ia aktif mengurus sepakbola sebagai ketua umum PSSI mengingat gubernur Sumatera Utara ini juga tidak kalah 'nyentrik' di dunia politik.
Edy Rahmayadi sempat dihujat karena melaran para pemain timnas Indonesia berkarier di klub Malaysia karena alasan nasionalisme. Kala itu Evan Dimas serta Ilham Udin Armayn rumornya tengah dipantai Selangor dari negeri jiran.
Tetap terdengar aneh meski kedua negara merupakan rival di lapangan hijau dan ia adalah seorang letjen TNI Angkatan Darat.
Sosoknya semakin tidak populer di mata publik karena begitu teguh dalam merangkap jabatan. Di satu titik ia pernah menantang wartawan yang mempertanyakan kenapa ia bisa sekaligus menjadi gubernur, ketua umum PSSI, dan pengurus PSMS Medan.