Bedah Formasi AC Milan jika Duet Mauro Icardi dan Wilfried Zaha Jadi Terwujud, Scudetto Lagi?
Baik Wilfried Zaha maupun Mauro Icardi memang sudah memasuki usia kepala tiga (30) dan mungkin sudah melewati usia emas mereka di lapangan hijau namun keduanya jelas bukan target yang buruk untuk AC Milan.
Mereka dapat mengisi banyak lubang di skuad asuhan Stefano Pioli yang musim ini nyaris dipastikan tidak lagi bisa mempertahankan titel Scudetto mereka.
Contohnya Zaha yang dapat bermain di berbagai posisi di lini depan. Meski ia lebih senang bermain di sayap kiri namun eks Manchester United dan Cardiff City itu tidak keberatan untuk bermain di sisi seberang maupun ditempatkan lebih sentral.
Versatilitas membuat Zaha tetap bisa tampil subur bahkan di Crystal Palace sekalipun yang notabene bukan klub raksasa di Liga Inggris. Total untuk The Eagles ia mampu mengemas 89 gol dan 76 assist dari 450 penampilan lintas ajang.
Gaya bermain dengan dribel eksplosif juga akan membuatnya membantu AC Milan jika ada pertahanan gerendel yang butuh dibuka dengan skill individu.
Pada Liga Inggris 2022/2023 menurut data FBref, Wilfried Zaha mencatatkan 91 percobaan dribel dengan tingkat kesuksesan 35,2%. Untuk volume ia hanya kalah dari Bukayo Saka (92) dan rata-rata keberhasilannya masih masuk tujuh besar.
Jika dihitung per 90 menit, Zaha punya 2,16 dribel sukses yang mana mengungguli semua penggawa AC Milan. Paling dekat hanya ada Rafael Leao dengan 1,8 take on berhasil.
Icardi tidak kalah hebat. Ia masih bisa menjadi opsi mesin gol produktif dengan sumbangan sembilan gol dan enam assist dari 12 penampilan di Liga Turki untuk Galatasaray.
Masih dari FBref, statistik tersebut membuat mantan suami Wanda Nara tersebut menjadi pemain terbaik kedua di kompetisinya dengan sumbangsung gol + assist per 90 menit terbaik kedua (1,47) alias hanya kalah dari top skor sementara yakni Enner Valencia (1,74).
Di AC Milan belum ada pemain dengan kontribusi ke depan sebaiknya Icardi. Bahkan tidak juga Leao (0,73) atau Olivier Giroud (0,72) namun masih bisa diwajarkan mengingat koevisien Liga Italia dianggap lebih tinggi ketimbang Liga Turki.