In-depth

Shin Tae-yong dan 2 Pelatih Dunia yang Pernah Minta Pemain Muslim Tidak Puasa di Bulan Ramadan

Kamis, 23 Maret 2023 17:55 WIB
Editor: Juni Adi
© REUTERS/Alberto Lingria
Aksi Jose Mourinho di laga AS Roma vs Leicester City (06/05/22). (Foto: REUTERS/Alberto Lingria) Copyright: © REUTERS/Alberto Lingria
Aksi Jose Mourinho di laga AS Roma vs Leicester City (06/05/22). (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Jose Mourinho

Jose Mourinho mendapatkan banyak kritikan dari seorang pemimpin muslim. Penyebabnya adalah sang pelatih mengkritik Muntari seharusnya tidak berpuasa selama bulan Ramadan.

Pria yang saat itu tengah menjabat sebagai pelatih Inter Milan tersebut menarik keluar Muntari pada suatu laga melawan

Bari ketika babak pertama berakhir. Sang pelatih beralasan Muntari kekurangan energi karena menjalani puasa.

Seperti diketahui, umat muslim tidak melakukan makan dan minum pada siang hari di bulan suci Ramadan. Itu merupakan kewajiban yang harus dijalani oleh pemeluk agama Islam.

“Muntari memiliki beberapa masalah terkait dengan Ramadan, mungkin (cuaca) panas ini tidak baik baginya untuk melakukan ini (puasa),” ujar Mourinho dilansir dari Daily Mail kala itu.

“Ramadhan belum datang pada saat yang tepat bagi seorang pemain untuk memainkan pertandingan sepak bola,” sambungnya kemudian.

Sontak saja, mantan pelatih Chelsea itu mendapatkan kecaman dari sejumlah umat muslim di sana.

Salah satunya datang dari Presiden Persatuan Komunitas dan Organisasi Islam di Italia, Mohamed Nour Dachan. Dia mengkritik komentar Mourinho yang dianggap tidak berdasar.

Pascal Dupraz

Pelatih Saint-Etienne, Pascal Dupraz dilaporkan pernah meminta para pemain muslimnya untuk berhenti berpuasa, selama Ramadan menyusul kekalahan yang mereka alami di Ligue 1 dengan skor 6-2.

Kala itu Saint-Etienne sedang berjuang menghindari degradasi di kasta teratas Liga Prancis. Menurut laporan L'Equipe, Dupraz telah meminta para pemain muslim yang jumlahnya dua pertiga dari timnya untuk tak berpuasa.

Dupraz menilai merosotnya permainan Etienne tak lain karena banyak pemain yang kondisi fisiknya tak prima karena berpuasa.

"Ini adalah bencana kolektif, dosa dari sebuah kebanggaan, sikap yang sia-sia, dan bukan sikap yang dimiliki pemain profesional," kata Dupraz.

Saint-Etienne sebenarnya sempat unggul 2-0 pada laga melawan Lorient. Namun, tim tuan rumah mampu membalikkan skor 6-2 di akhir pertandingan.

" Kami mengambil kesimpulan terlalu cepat bahwa kami akan menang 2-0. Sikap salah dari yang seharusnya kami bisa lakukan," tambahnya.

Baca Berita Sepak Bola dan Olahraga Lainnya di Google News