PSM Makassar Juara Liga 1, Kesabaraan dan Kesetiaan Wiljan Pluim Berbuah Manis
Wiljan Pluim didatangkan PSM Makassar usai kontrak sang pemain setinggi 194 cm itu bersama klub Vietnam, Binh Duong FC, habis di Agustus 2016 silam.
Latar belakang pemain dari Belanda dengan pengalaman memperkuat Vitesse Arnhem, Roda JC, PEC Zwolle, dan Willem II membuatnya menarik banyak perhatian.
Kala itu baru berusia 27 tahun, Pluim diprediksi bisa menjadi bintang dominan di Liga 1. Terutama dengan bantuan Robert Rene Albert sebagai pelatihnya yang sama-sama berkebangsaan Belanda.
Sayangnya musim debut Pluim di Indonesia tidak begitu mulus. PSM 'cuma' finis di peringkat keenam dan gelar juara digondol Persipura Jayapura.
Barulah di Liga 1 2017 kemampuannya benar-benar terlihat. Dengan bantuan kompatriotnya, Marc Klok, sebagai rekrutan anyar Pluim mampu melesakkan 12 gol dan 13 assist.
PSM menduduki peringkat ketiga dan sebenarnya hanya tertinggal tiga angka dari Bhayangkara FC di puncak akhir. Duet Pluim dan Klok pun dianggap sebagai perpaduan lini tengah terbaik dengan potensi perkembangan mengerikan.
Terbukti di 2018 PSM kembali bicara banyak. Oleh Albert, Pluim dipercaya menjadi kapten tim menggantikan Hamka Hamzah dan hasilnya terbukti jitu.
Meski tidak bisa sesubur musim sebelumnya, namun Wiljan Pluim dengan torehan lima gol dan enam assist bisa mengantarkan klubnya menjadi runner-up Liga 1.
Gap satu poin dengan Persija Jakarta yang keluar sebagai juara gagal PSM kejar namun setidaknya Pluim masuk dalam barisang sebelas pemain terbaik musim 2018.
Kegagalan tersebut membuat PSM menjadi sedikit goyah di 2019 dengan terombang-ambing di papan tengah. Pluim masih tampil prima namun ia harus ditinggal oleh Albert yang memutuskan mundur dari posisinya karena alasan kesehatan.