6 Alasan Kenapa Pulangkan Lampard adalah Langkah Bodoh dari Chelsea dan Beohly
Usai Graham Potter dipecat, asistennya yakni Bruno Saltor kemudian ditunjuk sebagai pelatih interim.
Sepertinya sang pelatih 42 tahun dianggap sebagai figur populer yang mungkin masih bisa merebut sipati ruang ganti dan untuk sejenak mengendalikan situasi.
Tampaknya keputusan tersebut berbuah manis dengan hasil imbang kontra Liverpool di Liga Inggris pekan lalu. Meski tidak begitu memuaskan, namun permainan Chelsea terlihat lebih solid dan nyaris saja mengalahkan sang rival andai dua gol mereka tidak dianulir.
Kedatangan Frank Lampard berarti memaksa Saltor untuk kembali bergeser ke posisi asisten saat harusnya ia layak diberi kesempatan lebih lama.
5. Statistik Mengkhawatirkan Lampard
Frank Lampard pada awalnya dianggap sebagai manajer tepat untuk Chelsea usai suksesnya mengantarkan tim menuju empat besar di 2019/2020 meski ada embargo transfer.
Namun perlahan asa itu sirna. Kini namanya tidak lebih dari sekedar guyonan dan masa lalu yang hendak dilupakan oleh fans.
Belum matangnya Lampard sebagai pelatih kian terlihat saat ia mengadu nasib di Everton. Terutama dengan persentase kemenangan yang hanya menyentuh angka 27% saja di Goodison Park.
6. Sudah Seharusnya Potter Dipertahankan
Memecat Graham Potter harus diakui semakin membuka borok manajemen Chelsea di bawah Todd Boehly.
Dengan mudahnya mereka mengeksekusi keputusan mahal tanpa memperhitungkan masa depan. Seperti kala jor-joran belanja di bursa trasfer sehingga Potter kewalahan merangkul para bintang-bintang baru.
Harusnya Chelsea sadar jika seorang manajer anyar diberikan sedemikian banyak amunisi yang mungkin bahkan tidak ia minta, maka butuh waktu lebih panjang untuk beradaptasi.
Kesabaran memang kunci dari sukses membangun era baru dan hal itu gagal ditunjukkan oleh Boehly. Padahal mungkin hasilnya akan berbeda jika Potter diberi sedikit lebih banyak waktu.