INDOSPORT.COM - Herman Dzumafo Epandi menjadi fenomena langka bagi pemain asing yang menjalani karier profesional di kompetisi sepak bola Indonesia.
Sebagaimana Beto Goncalves, Dzumafo membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Terbukti, dia masih eksis untuk terus berkarier di sepak bola nasional.
Persela Lamongan pun menjadi rumah baru bagi striker naturalisasi kelahiran Kamerun ini. Dia menjadi kekuatan lini serang Persela pada Liga 2 2023-2024.
Menjalani karier di sepak bola Indonesia selama 14 tahun berturut-turut, tentu membuat striker yang kini berusia 42 tahun itu menjadi pemain asing sarat pengalaman.
INDOSPORT memaparkan tiga fakta yang melekat kepada Herman Dzumafo Epandi sepanjang kariernya di sepak bola Indonesia hingga berlabuh di Persela Lamongan.
Persela Klub Ke-10
Berlabuhnya Herman Dzumafo Epandi di Lamongan membuat Persela menjadi klub ke-10 yang pernah diperkuatnya dalam perjalanan 14 tahun berkarier di sepak bola Indonesia.
Striker yang berpindah kewarganegaraan pada 2019 itu awalnya didatangkan PSPS Pekanbaru pada musim 2007-2008. Siapa sangka, kariernya berlangsung hingga lima musim di sana.
Setelah sukses mengantar PSPS eksis di ISL, Dzumafo lantas membela Arema Cronus (2012), kemudian Persib Bandung (2013), dan sempat dipinjam Sriwijaya FC.
Sayang, dia tak lagi menjadi bagian Persib saat memenangi ISL 2014 setelah hijrah ke Mitra Kukar. Dzumafo lalu kembali ke Jatim memperkuat Persegres Gresik United (2015) dan Persela Lamongan (2016).
Dzumafo lalu pulang ke klub lamanya yang bernama PSPS Riau pada 2017. Dia juga sempat membela Bhayangkara FC (2018), Dewa United (2021), FC Bekasi City (2022), dan kini Persela (2023).