In-depth

Jangan Bandingkan Xavi dan Guardiola, Barcelona Juara Berkat Taktik 'Kotor' Mourinho

Senin, 15 Mei 2023 22:13 WIB
Editor: Juni Adi
© REUTERS/Alberto Lingria
Aksi Jose Mourinho di laga AS Roma vs Leicester City (06/05/22). (Foto: REUTERS/Alberto Lingria) Copyright: © REUTERS/Alberto Lingria
Aksi Jose Mourinho di laga AS Roma vs Leicester City (06/05/22). (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Gagal Duplikat Guardiola, Malah Berkiblat ke Mourinho

Xavi pun menegaskan hal itu ketika ia pertama kali diperkenalkan ke publik sebagai pelatih kepala baru. 

Dalam kata-katanya, Xavi menyatakan siap membawa kejayaan yang lalu, dan mengembalikan identitas permainan dimana tujuan utama bukan hanya hasil untuk menang.

Tapi memang bermain bagus untuk bisa meraih kemenangan tersebut. Klaim tersebut membuat suporter lega, dan berharap bisa menjauh dari permainan jelek demi sebuah kemenangan seperti yang sempat dibawa Ronald Koeman.

Penerapan gaya permainan Xavi Hernandez yang dibayang-bayangi tiki-taka awalnya berhasil ia tertapkan pada sisa kompetisi 2021-2022.

Namun di kompetisi musim baru, 2022-2023, gaya taktik tiki taka ala Xavi tidak berjalan mulus di awal-awal musim. Alih-alih tim penantang juara, standar sepak bola mereka nampak seperti tim yang bakal kalahan, tak terlihat dominan.

Xavi kemudian merespon cepat kritikan permainan buruk Barcelona. Ia sadar timnya tidak akan bisa mengungguli Real Madrid dalam perburuan gelar, jika terlalu bermain terbuka.

Makanya, Barcelona dibuat lebih solid, alot dan pragmatis. Hasilnya terbukti, Blaugrana hanya kebobolan dua kali di kandang sepanjang La Liga musim ini berjalan.

Sayangnya kokohnya pertahanan Barcelona musim ini di liga tidak diimbangi oleh ketajaman di lini depan. Sebenarnya tidak masalah jika harus mengkhianati etos klub besar ini dengan lebih bagus dalam bertahan.

Toh, Barcelona kerap memperlihatkan unit pertahanan yang kuat dalam beberapa tahun ke belakang, dan pernah jadi klub para bek terbaik dalam sejarah sepak bola.

Namun tetap saja Barcelona tersandra dengan status tim atraktifnya Pep Guardiola, yang sangat bagus dalam bertahan dan menyerang bersama Lionel Messi.

Itu adalah kendala untuk semua manajer Barcelona, termasuk Xavi, yang harus berurusan dengan identitas tersebut.

Xavi telah mencoba untuk membangun serangan Barcelona dengan caranya sendiri, dengan mengandalkan kecepatan sisi sayap lebar, sehingga mengorbankan sisi tengah yang minim kreativitas.

Alhasil Barcelona kerap buntun dan kesulitan membongkar pertahanan lawan yang bermain dengan sistem pertahanan blok rendah.

Kesimpulannya, Barcelona sekarang seperti terlihat tim yang dilatih Jose Mourinho ketimbang Pep Guardiola. Dan meski Xavi yang memegang kendali.

Tapi Barcelona yang sekarang kita kenal mungkin tidak begitu menggembirakan seperti dahulu, yang selalu membuat fans kagum dengan permainannya, dan merasakan kemenangan sebagai hasilnya.